Senin, 27 Juni 2011

Istighfar di Bulan Rajab

قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : وَاللَّهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِي الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً
(صيحيح البخاري)

Sabda Rasulullah saw : “Demi Allah, sungguh aku beristighfar pada Allah dan bertobat padanya setiap hari lebih dari 70X” (Shahih Bukhari)


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang telah mengikatkan kita dengan rantai keluhuran, Yang membimbing dan menjaga kita dari musibah-musibah dan jebakan syaithan, yaitu rantai kekuatan keguruan yang bersambung kepada guru yang banyak bersujud, kepada gurunya lagi yang banyak bersujud, demikian seterusnya hingga sampai kepada pemimpin ahlu sujud, Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kita juga berada dalam benteng luhur dari para guru yang luhur, dari guru-guru yang hafal Al qur’an dan ratusan ribu hadits, hingga bersambung kepada gurunya yang demikian pula keadaan mereka hingga sampai pada imam ahlul hadits, Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dengan kehadiran kita di majelis ini, kita juga mempunyai ikatan keguruan kepada guru yang khusyu’, yang bersambung pula kepada guru-gurunya yang khusyu’ hingga sampai kepada imam ahlul khusyu’, Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Semoga Allah tidak melepas ikatan kita ini selama-lamanya di dunia dan akhirat, selalu terikat dengan orang-orang mulia dan luhur hingga keadaan kita semakin luhur. Ingatlah sabda nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam:
اَلْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ
“ Seseorang bersama dengan yang dicintainya”
Maka berpegang teguhlah kepada para shalihin, baik mereka yang masih hidup ataupun mereka yang telah wafat . Ketahuilah bahwa jangankan orangnya, barang-barang sentuhan para shalihin pun dimuliakan oleh Allah subhanahu wata’ala sehingga membawa ketenangan bagi orang yang memakainya, dan hal ini telah dijelaskan oleh Allah subhanahu wata’ala di dalam Al qur’an Al Karim, ketika Allah subhanahu wata’ala memerintahkan kepada seorang nabi di masa bani Israil agar memerintah Thalut untuk memimpin peperangan, namun rakyatnya menolak jika Thalut dijadikan pemimpin peperangan, karena Thalut tidak mempunyai pengikut, tidak pula mempunyai kekuatan atau harta sehingga tidak pantas untuk diangkat menjadi pemimpin. Maka Allah subhanahu wata’ala berfirman:
وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ آَيَةَ مُلْكِهِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ التَّابُوتُ فِيهِ سَكِينَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَبَقِيَّةٌ مِمَّا تَرَكَ آَلُ مُوسَى وَآَلُ هَارُونَ تَحْمِلُهُ الْمَلَائِكَةُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَةً لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
( البقرة : 248 )
“Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun, tabut itu dibawa malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman”. ( QS. Al Baqarah : 248 )
Maka tanda kekuasaan Thalut yang telah Allah perintahkan kepada nabi di masa itu untuk menjadi pemimpin adalah datangnya peti yang dibawa oleh malaikat, yang mana didalamnya berisi ketenangan dari Allah subhanahu wata’ala yaitu barang-barang peninggalan keluarga nabi Musa dan kelurga nabi Harun, bukan hanya nabi Musa dan nabi Harun saja namun juga keluarga mereka , yang mereka adalah para shalihin. Dijelaskan di dalam kitab-kitab tafsir, diantaranya tafsir Ibn Katsir, Al Imam At Thabari, Al Imam Al Qurthubi, Al Imam Ibn ‘Abbas dan tafsir-tafsir lainnya menjelaskan bahwa kotak itu berisi sandal nabi Musa, pakaian nabi Harun serta beberapa pakaian dari keluarga nabi Musa dan nabi Harun. Namun di masa sekarang jika ada pusaka-pusaka seperti itu maka akan dikatakan hal yang syirik karena mereka tidak memahami Al Qur’anul Karim. Padahal Al qur’an telah menjelaskan bahwa barang-barang keluarga nabi Musa dan nabi Harun di dalamnya terdapat ketenangan, meskipun sebenarnya benda-benda tidaklah bisa membawa bahaya atau manfaat namun karena benda itu adalah bekas para shalihin, sama halnya seperti Hajarul Aswad meskipun telah dijelaskan dalam Shahihul Bukhari bahwa batu itu berasal dari surga, namun berkata sayyidina Umar ibn Khattab Ra:


إِنِّيْ لَأَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ لَا تَضُرُّ وَلَا تَنْفَعُ ، وَلَوْلَا أَنِّيْ رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ
“ Sungguh aku mengetahui bahwa kau adalah batu yang tidak memberi bahaya atau manfaat, jika bukan karena aku telah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menciummu niscaya aku tidak akan menciummu”


Sebuah batu yang tidak dapat memberi bahaya atau manfaat, namun karena telah disentuh oleh Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam maka menyentuhnya pun disunnahkan dan membawa keberkahan, demikian sentuhan para shalihin dan terlebih lagi sentuhan imam atau pemimpin para shalihin Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Oleh sebab itu berhati-hatilah terhadap kelompok yang selalu menjadikan hal-hal seperti ini sebagai sesuatu yang syirik, karena sungguh mereka berada dalam kebathilan yang perlu dibenahi, jangan dimusuhi atau diperangi namun jangan pula diam dengan kerusakan akidah yang meracuni wilayah kita. Mereka yang selalu mengembor-gemborkan dengan penyucian tauhid, namun kenyataannya tidaklah demikian, namun sebaliknya mereka telah melakukan penodaan tauhid, karena tauhid telah berdiri tegap sejak masa nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersama al qur’an, bersama para sahabat, bersama para imam-imam madzahib, dimana dahulu para sahabat bertabarruk dengan bekas-bekas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, hingga teriwayatkan di dalam Shahih Muslim bahwa sayyidatuna Asma’ binti Abu Bakr As Shiddiq Ra, setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat , jika ada orang-orang yang sakit mereka datang kepada sayyidah Asma, kemudian beliau mengeluarkan jubah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu mencelupkannya sedikit ke dalam air, kemudian air itu diminumkan kepada yang sakit maka sembuhlah orang itu dari penyakitnya. Kita semua mengetahui sebuah baju tidak mampu memberi bahaya atau manfaat karena hanya terbuat dari kain, namun karena baju itu telah dipakai oleh sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka baju itu membawa keberkahan dan ketenangan. Ketika nabi Musa As menghadap Allah di bukit Turisina, maka Allah subhanahu wata’ala berfirman :


إِنِّي أَنَا رَبُّكَ فَاخْلَعْ نَعْلَيْكَ إِنَّكَ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى
( طه : 12 )
“Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu, sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci, Thuwa.” ( QS. Thaha : 12 )


Padahal di saat itu nabi Musa As berada di dunia, tetapi ketika di malam Isra’ dan Mi’raj dimana nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam naik ke langit dan menghadap Allah namun Allah tidak memerintah beliau untuk membuka sandalnya, maka berkatalah penyair dalam syairnya “manakah yang lebih mulia sandal atau Jibril As”, Jibril tidak bisa naik kehadhratullah sedangkan sandal Rasulullah naik ke hadhratullah subhanahu wata'ala, tentunya yang lebih mulia adalah Jibril As, tetapi karena sandal yang hanya terbuat dari kulit kambing itu terikat dengan kaki sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan hal ini disebut dengan hukum taba’iyyah, yaitu terbawa atau mengikuti, semakin seseorang cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka akan semakin terbawa kepada kemuliaan. Jika hanya sandal yang terikat dengan kaki nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bisa sampai ke hadapan Allah, maka terlebih lagi jiwa yang mencintai sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Beruntung kita hadir dalam kelompok para pecinta sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan nama perkumpulan ini pun telah dipilih khusus dihadiahkan untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yaitu Majelis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, secara kaidah bahasa arab yang benar adalah Majelis Rasulillah, namun dikarenakan yang hadir di masa itu kebanyakan orang awam yang belum banyak mengerti agama dan bahasa arab, jika diberi nama dengan Majelis Rasulillah khawatir mereka akan bertanya-tanya lagi dan mengira ada nabi lain, karena mereka taunya hanya Rasulullah maka saya memberi nama dengan nama Majelis Rasulullah, namun majelis ini tidak ada perbedaan dengan majelis ta’lim lainnya karena semua majelis ta’lim adalah majelis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, karena pastilah yang diajarkan adalah ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Sampailah kita pada malam-malam mulia di bulan Rajab ini yang mana kita telah memasuki malam ke-20 Rajab, 20 malam telah meninggalkan usia kita di bulan Rajab ini dan tidak akan pernah kembali lagi dalam kehidupan kita, hanya tersisa beberapa malam lagi bulan Rajab untuk kita. Malam-malam doa, malam-malam istighfar, malam-malam munajat, malam-malam bertobat, hari-hari yang penuh dengan bunga-bunga kemuliaan ibadah untuk mencapai cabang hingga menuai buah keberkahan di bulan Ramadhan, mereka yang banyak beribadah di bulan Rajab dan bulan Sya’ban maka ia akan mendapatkan limpahan keberkahan di bulan Ramadhan, adapun mereka yang sibuk di bulan Rajab dan Sya’ban lupa dan jauh dari Allah, maka di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan mereka akan dibuat sibuk oleh Allah subhanahu wata’ala dengan urusan-urusan dunia, misalnya sibuk dengan urusan ketupat, rumah yang belum dicat, anak belum beli baju baru dan lainnya, padahal sepuluh malam terkahir adalah malam-malam Lailatul Qadr namun mereka disibukkan hanya dengan urusan ketupat dan lainnya untuk hari lebaran. Malam lebaran yang akan datang jika tidak ada perubahan bertepatan dengan malam Selasa, maka yang akan pulang kampung semoga selamat sampai tujuan, dan yang tidak pulang kampung kita tetap hadir majelis dan Insyaallah kita akan adakan Takbiran Akbar di masjid ini.

Kembali pada kemuliaan Rajab, bulan Rajab ini patut di muliakan. Sebagaimana yang telah diajarkan oleh guru-guru kita untuk memperbanyak istighfar, dan kita bergembira dengan banyaknya yang beristighfar di masjid-masjid dan mushalla di bulan Rajab ini, namun sangat disayangkan sebagian kelompok yang demikian tegasnya menentang istighfar di bulan Rajab, menentang puasa di bulan Rajab, yang ujung-ujungnya mereka akan menentang ibadah لاحول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم. Kelompok-kelompok seperti ini hatinya keras bagaikan batu, mereka tidak mengenal shalawat dan cinta kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, tidak mengenal kelembutan Rasulullah, tidak mengenal kasih sayang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mereka tau hanyalah pedang, pedang dan pedang ( kekerasan dan pertikaian). Yang akhirnya kelompok yang seperti ini ngambek karena melihat kelompok Ahlu sunnah waljama’ah semakin maju dan jaya, maka mereka pun ingin maju juga yang akhirnya memilih cara dengan bom bunuh diri atau menjadi teroris, orang yang seperti itu adalah orang yang frustasi karena ingin maju namun tidak pula maju. Mudah-mudahan di Jakarta tidak ada yang demikian, dan wilayah selain Jakarta juga dijauhkan oleh Allah dari kelompok-kelompok yang seperti itu, dan semoga mereka diberi hidayah oleh Allah,amin.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Kembali pada hadits yang kita baca tadi, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :



وَاللهِ إِنِّيْ لأَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ فِي الْيَوْمِ أَكْثَرُ مِنْ سَبْعِيْنَ مَرَّةً
“Demi Allah, sesungguhnya aku meminta ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali”.


Inilah dalil untuk kelompok yang menentang istighfar 70 kali setiap selepas shalat Subuh dan ‘Isya di bulan Rajab. Ini sebagai dalil yang jelas, hadits riwayat Shahih Bukhari, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beristighfar lebih dari 70 kali setiap harinya, maka kita beristighfar sebanyak 70 kali selepas shalat Subuh dan 70 kali selepas shalat isya’, karena Rasulullah beristighfar lebih dari 70 kali, maka angka 70 kita dapatkan dan lebih dari 70 kali pun kita dapatkan, sungguh indah ajaran para salafussalihin untuk mengikuti sunnah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, adapun kalimat istighfar dan taubat yaitu dengan mengucapkan:


رَبِّ اغْفِرْلِيْ وَارْحَمْنِيْ وَتُبْ عَلَيَّ
“ Ya Allah ampunilah (dosa-dosa) ku, dan sayangilah aku, serta terimalah taubatku”


Bacalah kalimat itu sebanyak 70 kali di bulan Rajab, mengapa di bulan Rajab saja?, karena di bulan yang lainnya ada amalan-amalan yang lain yang akan kita amalkan, begitu banyak sunnah-sunnah yang belum kita amalkan,dan di bulan Sya’ban kita memperbanyak shalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan di bulan Ramadhan kita memperbanyak membaca Al qur’an. Maka hal-hal yang kita lakukan selalu berada dalam jalur sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, oleh karena itu disebut dengan nama Ahlu Sunnah Waljama’ah ,,,,dan 4 Imam yang telah disepakati sebagai Imam Ahlu Sunnah waljama’ah. Dan 4 imam madzhab yang telah disepakati sebagai imam-imam ahlu sunnah waljama’ah karena sanad keguruan mereka satu rantai. Dimana Al Imam Ahmad bin Hanbal berguru kepada Al Imam As Syafi’i, dan Al Imam As Syafi’i berguru kepada Al Imam Malik, dan Al Imam Malik hidup satu zaman dengan Al Imam Abu Hanifah yang keduanya sering bertanya jawab satu sama lain. Begitu pula sanad kita ini berasal dari guru-guru kita hingga bersambung kepada imam-imam 4 madzhab. Oleh karena itulah kita senantiasa menjaga hubungan kita dengan Allah subhanahu wata’ala dengan memperbanyak istighfar terlebih di bulan Rajab ini.
Pembaca yang dimuliakan Allah
Minggu yang lalu saya menyebutkan masalah kredit atau angsuran islami namun belum sempat saya jelaskan. Dalam Islam masalah kredit atau angsuran adalah sesuatu yang riba, dan masalah riba ini harus kita jauhi semampunya jika kita tidak terjebak dalam masalah kematian atau kemudharatan untuk diri pribadi atau keluarga, namun jika misalnya ada yang bekerja di Bank Konvensional maka apa yang harus diperbuat?, dimana di Bank Konvensional itu berlaku hal-hal yang riba, maka jika dengan tidak bekerja di tempat itu akan membawa mudharat untuknya atau keluarganya karena telah menanggung tanggung jawab yang besar maka lanjutkan untuk tetap bekerja dan sambil memperbanyak istighfar serta selalu berusaha mencari pekerjaan yang lain, dan jika telah mendapatkan pekerjaan yang lain dan lebih baik maka berpindahlah pada pekerjaan yang lebih baik itu. Dan bagaimana dengan angsuran atau kredit islami itu? caranya yang paling mudah adalah jika membeli barang maka tidak perlu menanyakan berapa persen bunganya, misalnya harga motor 10 juta jika dibayar cash, namun jika dengan kredit seharga 12 juta, maka jangan membahas masalah cash atau masalah kredit, namun cukup dengan mengatakan : “Saya beli motor ini seharga 12 juta dengan angsuran selama 2 tahun, saya bayar deposit dengan jumlah sekian dan tiap bulan saya bayar sejumlah sekian, dan jika saya telat sehari dalam pembayarannya maka saya akan membayar denda dengan jumlah sekian”, tidak perlu menandatanginya pernyataan yang menyebutkan Dp sekian, bunga sekian persen dan lainnya, cukup dengan cara seperti itu maka tidak akan terkena riba, motor atau mobil dan barang-barang yang kita beli halal, begitu juga halnya dengan segala macam angsuran yang lainnya. Maka yang ingin membeli barang dengan cara kredit atau angsuran gunakanlah cara yang seperti itu. Dan hal yang demikian jangan dianggap cara yang kuno atau malu untuk mengatakan hal seperti itu kepada penjual, justru mereka para penjual akan lebih suka karena mereka menganggap polos orang yang menggunakan cara seperti itu dan tidak tampak niat untuk menipu, dan hal seperti ini telah terbukti berkali-kali, teman-teman saya banyak yang melakukan hal yang demikian dan sangat dipercaya oleh penjualnya, karena penjual tau niat si pembeli baik dan tidak ada niat untuk menipu.

Pembaca yang dimuliakan Allah
Besok malam acara Tabligh Akbar di Monas, acara pertama dalam sejarah Jakarta sejak 483 silam, ini kali pertama Allah memilih kita untuk mempelopori dzikir dan maulid nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk ulang tahun Jakarta, anugerah yang sangat besar, dimana hampir 500 tahun Jakarta ini berdiri dan baru kali ini kita dipilih sebagai pelopornya untuk memuliakan kota Jakarta dengan gemuruh dzikir يا الله dan dengan gemuruh shalawat kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Jakarta inilah ibukota negara muslimin terbesar di dunia yang akan merayakan ulang tahunnya dengan dzikir dan shalawat kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Jika kita memasuki kota Demak maka akan kita dapati tulisan “ Demak Kota Wali “, jika kita masuk ke kota Kudus maka akan kita dapati tulisan “Kudus Kota Beriman”, dan ketika masuk kota Jakarta dalam waktu dekat insyaallah akan kita dapati tulisan “ Jakarta Kota Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam”, bukan mau merebut Jakarta, namun hanya sekedar nama saja, namun terbukti bahwa majelis shalawat paling banyak di Jakarta, majelis ta’lim paling banyak di Jakarta, majelis dzikir paling banyak di Jakarta, maka pantaslah jika kita namakan Jakarta ini sebagai Kota Sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, bukan mau merevolusi Jakarta, karena kerukunan antar ummat beragama tetap kita jalin, tawuran semakin sirna, narkotika semakin sepi dan tidak ada pembelinya, demikian pula tempat-tempat perjudian, tempat-tempat prostitusi akan dengan sendirinya tersingkir jika tidak ada yang meminatinya, hal itulah yang kita harapkan untuk membenahi kota Jakarta ini. Besok malam merupakan tanggung jawab besar bagi kita untuk mensukseskan acara akbar ini, karena jika acara ini sukses dan mudah-mudahan yang hadir lebih banyak, serta cuaca juga cerah, maka dengan hal ini dari tahun ke tahun akan berlanjut dan kita lah yang akan memulainya. Ingatlah bahwa nama-nama kalian tercantum mungkin hingga ratusan tahun selanjutnya ulang tahun DKI akan dirayakan dengan acara dzikir, maulid dan shalawat, maka kalianlah yang pertama kali mempeloporinya, maka bangkitlah dengan kalimat الله أكبر، الله أكبر ، الله أكبر Kita jadikan Jakarta sebagai kota yang aman, tertib dan terkendali, lahir pemuda-pemudi dan generasi baru yang berhati luhur, dan berjiwa sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Di acara besok malam insyaallah 99% Gubernur DKI Jakarta kemungkinan akan hadir dan juga bapak Kapolda Metro Jaya sudah saya hubungi dan beliau siap untuk hadir dan Muspida wilayah DKI Jakarta kesemuanya akan hadir untuk berdzikir dan bershalawat bersama, alangkah indahnya majelis ini karena akan mengawali ulang tahun Jakarta dengan shalawat dan dzikir, yang mana ulang tahun Jakarta ratusan tahun yang lalu selalu dirayakan dengan hal-hal yang bersifat maksiat namun kali ini akan dirayakan dengan doa, dzikir dan shalawat, semoga Jakarta semakin makmur, selalu dilimpahi rahmat dan keberkahan , amin allahumma amin. Hadirin hadirat, selanjutnya kita berdzikir bersama dan sebelumnya kita beristighfar bersama mencontoh dan mengikuti sunnah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan salafussalihin…

Jumat, 24 Juni 2011

Syafaatku Bagi Yang Mengucap Laa Ilaaha Illallah



قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لَا يَسْأَلُنِي عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ (صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah saw :
Sungguh telah kukira wahai Abu Hurairah (ra) bahwa tiada yang menanyakanku mengenai hadits ini yang pertama darimu, dari apa-apa yang kulihat atas penjagaanmu pada hadits ini, yang paling bahagia dengan syafaatku dihari kiamat adalah yang mengucap Laa ilaaha illallah (Tiada Tuhan Selain Allah) ikhlas dari hatinya dan dirinya” (Shahih Bukhari) 

 
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha melimpahkan keberkahan, dan keberkahan adalah anugerah yang kemuliaan-Nya dilipatgandakan baik zhahir atau pun bathin, maka di bulan Rajab ini keberkahan dilimpahkan seluas-luasnya oleh Allah subhanahu wata’ala di malam-malam doa, malam-malam dzikir dan munajat. Bulan Rajab yang merupakan salah satu bulan haram, dimana Allah melimpahkan keberkahan kepada hamba-hamba-Nya, ummat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam . Sedemikian banyak doa-doa yang dikabulakan oleh Allah di bulan mulia ini, dan sedemikian banyak musibah yang disingkirkan oleh Allah di bulan ini lebih dari bulan-bulan lainnya, sedemikian banyak kesulitan yang disingkirkan oleh Allah di bulan ini, pertolongan Allah turun dan limpahan anugerah dicurahkan, maka perbanyaklah berprasangka baik kepada Yang Maha Dermawan, karena rasa syukur dan sangka baik itu membuka anugerah yang lebih besar dari Allah subhanahu wata’ala. Allah telah bersumpah dengan sumpah luhur dalam firman-Nya, bahwa siapa yang bersyukur atas ni’mat Allah maka Allah lipatgandakan kenikmatan-Nya :

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
( إبراهيم : 7 )
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". ( QS. Ibrahim : 7 ) 

Maka dekatlah kepada Yang Maha memiliki dunia dan akhirah, Maha menjauhkan segala apa yang kita risaukan karena Allah subhanahu wata’ala siap memberikan semua itu kepada yang dikehendaki-Nya, maka mohonlah dan ketuklah gerbang kedermawanan Allah, kasih sayang-Nya diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang meminta. Jika mereka mendapatkan kesulitan di dunia, maka sungguh kesulitannya akan diperkecil dan segera dibukakan bagi mereka kemudahan di dunia dan akhirah. Demikianlah Allah melimpahkan keberkahan kepada ummat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

اَللّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
“ Ya Allah berilah keberkahan kepada kami di bulan Rajab, dan Sya’ban dan sampaikanlah kami pada Ramadhan” 

Wahai pemilik Rajab, wahai pemilik Sya’ban, wahai pemilik Ramadhan, Engkaulah Yang melimpahkan anugerah-anugerah besar di bulan-bulan ini melebihi bulan-bulan lainnya, maka sertakan nama-nama kami semua berada diantara kelompok yang mendapatkan anugerah besar zhahiran wa bathinan. Ya Allah, nama yang teragung yang memulai segenap keluhuran, nama Yang Maha berhak memberikan segala kebahagiaan, Yang Maha membatasi atau tidak membatasinya, sungguh Allah subhanahu wata’ala Maha memberi tanpa mempedulikannya lagi, Maha memaafkan tanpa mempertanyakannya lagi, Maha mengangkat derajat tanpa mempedulikan hamba-Nya meskipun ia adalah pendosa besar namun jika Allah ingin mengangkat derajatnya maka ia akan berubah menjadi orang yang sangat mulia, sebagaimana firman-Nya :

إِلَّا مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
( الفرقان : 70 )
“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. ( QS. Al Furqan : 70 ) 

Mereka yang berbuat dosa kemudian bertobat dan meninggalkan kehinaan menuju keluhuran meninggalkan dosa-dosa semampunya menuju hal-hal yang lebih luhur, serta memohon pengampunan atas dosa yang masih ia perbuat dan belum mampu ia tinggalkan, maka Allah mengganti seluruh dosa mereka menjadi pahala. Adakah yang lebih dermawan dari Allah, kesalahan diganti dengan pahala?! Maka kuatkanlah makna kalimat لا إله إلا اللهdalam hatimu, karena tidak ada yang bisa membuat kesalahan, kejahatan, dan kehinaan berubah menjadi pahala kecuali Allah. Mereka yang berdosa lalu bertobat, beriman kemudian berbuat baik maka Allah ganti kesalahan-kesalahan mereka dengan pahala. Adakah Yang lebih berkasih sayang dari-Nya?, maka Allah subhanahu wata’ala bertanya kepada hamba-Nya dalam firman-Nya :
يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ، الَّذِي خَلَقَكَ فَسَوَّاكَ فَعَدَلَكَ
( الإنفطار : 6-7 )
“Wahai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah, Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh) mu seimbang”. ( QS. Al Infithaar : 6-7 )
Tidak ada yang lebih dermawan dari Allah subhanahu wata’ala yang telah menciptakan kita dengan penciptaan yang sempurna. Semoga Allah subhanahu wata’ala melimpahkan kepada kita rahasia kemuliaan bulan Rajab, Sya’ban dan Ramadhan, rahasia kemuliaan malam dan siang yang terpendam di dalamnya rahasia keluhuran Allah yang tidak kita ketahui dan Allah limpahkan kepada kita. Sebagaimana orang yang yang tidak meminta-minta namun diberi, misalnya orang faqir yang lewat di jalan kemudian ada orang yang kasihan terhadapnya lalu diberi tanpa ia memintanya bahkan ia tidak mengetahui bahwa ia akan diberi, demikian pula keadaan kita terhadap Allah, 

يَارَبِّ أَنْتَ قُلْتَ تَصَدَّقُوْا عَلَى اْلفُقَرَاءِ وَنَحْنُ اْلفُقَرَاءُ إِلَيْكَ فَتَصَدَّقْ عَلَيْنَا بِرَحْمَتِكَ
“Ya Rabb, Engkau berfirman : “bershadaqahlah kepada orang-orang faqir”, dan kami adalah fuqara’ dihadapan-Mu, maka bershadaqahlah kepada kami dengan kasih sayang-Mu” 

Para pembaca yang budiman
Sampailah kita pada hadits luhur ini, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Abu Hurairah : “ Wahai Abu Hurairah, aku tau bahwa tidak ada seseorang yang menanyakan tentang hadits ini selain engkau”, karena Abu Hurairah banyak duduk bersama nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sedangkan kebanyakan sahabat yang lainnya dari kaum Anshar dan Muhajirin bekerja namun Abu Hurairah tidak bekerja, beliau hanya duduk di rumah Rasulullah bersama ahlu suffah untuk mempelajari hadits, kemudian mengajarkannya kepada mereka pra sahabat yang sibuk, dimana ketika mereka ada waktu luang mereka datang dan bertanya kepada Abu Hurairah, tentang ayat yang baru turun atau hadits yang baru diucapkan oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam karena Abu Hurairah selalu duduk bersama nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan ketika Abu Hurairah bertanya kepada Rasulullah tentang orang yang paling beruntung mendapatkan syafaat kelak di hari kiamat, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :


أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ
“Orang yang paling beruntung mendapat syafaatku dihari kiamat adalah yang mengucapkan Laa ilaaha illallah (Tiada Tuhan Selain Allah), ikhlas dari hatinya atau dari dirinya” 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, shahib As Syafa’ah, shahib al mi’raj, shahib Al Makkah wa Al Madinah, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa : “Orang yang paling beruntung mendapatkan syafaatku kelak di hari kiamat adalah orang yang mengucapkan
لا إله إلا الله ikhlas dari dalam hatinya atau dari dirinya”. Dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany di dalam Fath Al Baari bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa maksud dari hadits ini bukan hanya kalimat لا إله إلا الله saja namun yang dimaksud adalaha لا إله إلا الله محمد رسول الله , namun Rasulullah bersabda dan meringkasnya hanya dengan kalimat لا إله إلا الله saja. Hadits ini menjelaskan juga bahwa semakin kita mendalami dan memahami makna لا إله إلا الله , maka akan semakin cepat kita mendapkan syafaat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, karena seluruh hakikat ibadah tiadalah berarti tanpa kalimatلا إله إلا الله , yang merupakan permulaan iman dan tidak akan pernah ada akhirnya, ketika ia melakukan ibadah-ibadah yang lainnya seperti shalat, puasa, zakat dan haji kesemua itu hakikatnya adalah dalam keadaan islam dengan berkeyakinanan لاإله إلا الله . Al Imam Ibn Hajar menjelaskan bahwa nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam juga memberi syafaat kepada orang non muslim, orang munafik, para pendosa, sebagaimana beliau memberi syafaat kepada para shalihin, sebagaimana Abu Thalib yang sebagian pendapat mengatakan bahwa ia telah wafat dalam keadaan di luar Islam, namun disyafaati oleh nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana riwayat Shahih Al Bukhari dimana Abu Thalib berada di dalam jurang neraka namun Rasulullah memberinya syafaat sehingga dia hanya berada di pinggir neraka, dan insyaallah akan mendapatkan syafaat lagi kelak di hari kiamat, karena disebutkan pula bahwa Abu Thalib wafat dalam keadaan Islam namun tidak mau mengucapkan لاإله إلا الله , bukan karena ia ingkar terhadap kalimat لاإله إلا الله akan tetapi karena ia khawatir jika mengucapakannya maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam akan semakin dipersulit oleh kuffar quraisy di saat itu, maka Abu Thalib tidak mau mengucapkannya, padahal sudah diperintah oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan menolak perintah Rasulullah adalah dosa yang sangat besar karena bisa menyebabkan sampai pada kekufuran, inilah dosa Abu Thalib, namun tetap disyafaati oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan Rasulullah juga mensyafaati para pendosa, sebagaimana yang dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany di dalam Fath Al Baari bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa diantara mereka para pendosa ada yang telah masuk ke dalam neraka lalu dikeluarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, diantara mereka ada yang akan masuk neraka namun Rasulullah beri ia syafaat sehingga tidak masuk ke dalam neraka, dan adapula yang telah layak untuk masuk neraka namun dibatalkan karena syafaat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, adapula yang memang tidak masuk neraka namun ia menghadapi hisab yang sangat lama dan sulit kemudian dipermudah oleh Rasulullah dengan syafaatnya, diantara mereka ada yang seharusnya menjalani hisab sebelum masuk ke surga namun diberi syafa’at oleh Rasulullah sehingga tidak perlu dihisab lagi dan langsung memasuki surga, ada juga yang telah masuk ke dalam surga kemudian disyafaati oleh Rasulullah agar dinaikkan ke derajat yang lebih tinggi di surga, beliaulah shahib as syafaah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan dalam riwayat yang tsiqah ketika malam Isra’ Mi’raj nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berhadapan dengan Allah, dan Allah berfirman kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam : “wahai Muhammad, langit itu milik siapa?”, nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “milik-Mu wahai Allah”, kemudian Allah bertanya lagi : “Bumi milik siapa?”, nabi menjawab : “milik-Mu wahai Allah”, lalu Allah subhanahu wata’ala bertanya lagi : “dan engkau milik siapa wahai Muhammad?” nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “milik-Mu wahai Allah”, kemudian Allah bertanya lagi : “dan Aku milik siapa wahai Muhammad?”, nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menjawab namun beliau hanya menunduk, maka Allah berkata : “Aku adalah milik hamba-hamba-Ku yang bershalawat kepadamu wahai Muhammad”. Sungguh beruntung ummat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang bershalawat kepadanya. Allah subhanahu wata’ala berfirman :
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
( الأحزاب : 56 )
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi, wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. ( QS. Al Ahzaab : 56 )
Oleh karena itu kita gembira karena mejelis shalawat semakin hari semakin banyak dan berkembang, di wilayah Jakarta semakin dahsyat, di luar kota dan di luar negeri pun semakin dahsyat, saat ini di Singapura bergemuruh dengan shalawat kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Semoga Allah menjaga dan menjauhkan kita dari kelompok orang yang selalu membid’ahkan shalawat kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, semoga mereka diberi hidayah oleh Allah subhanahu wata’ala, dan jangan sampai kita terjebak lagi dalam kelompok ini apalagi dipimpin oleh orang-orang dari kelompok ini, wal ‘iyadzubillah, kita tidak mau dipimpin kecuali oleh orang-orang yang memuliakan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kembali ke hadits tadi, sebagaimana yang dijelaskan juga oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany bahwa disunnahkan untuk mengualng-ulang dan memperbanyak ucapan kalimat لا إله إلا الله , berbeda dengan kelompok yang selalu membid’ahkan orang-orang yang mengucapkan tahlil ( لا إله إلا الله ), padahal telah Allah firmankan atas orang-orang yang menentang Islam bahwa ketika kalimat لا إله إلا الله diucapkan dihadapan mereka maka mereka menyombongkan diri dan menolak ucapan itu. Mereka tidak menghendaki jika kalimat لاإله إلا الله diperbanyak, semoga Allah melimpahkan hidayah kepada mereka, amin. Semoga Bekasi dan sekitarnya ini menjadi kota orang-orang yang cinta bershalawat kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Hadirin-hadirat, Dalam hadits tadi juga dijelaskan bahwa Abu Hurairah adalah seorang yang sangat berbakti kepada ibunya. Diriwayatkan di dalam Shahih Muslim suatu ketika Abu Hurairah datang kepada Rasulullah dalam keadaan menangis, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya : “wahai Abu Hurairah apa yang membuatmu menangis?”, maka Abu Hurairah berkata : “wahai Rasulullah, aku telah menyuruh ibuku untuk masuk Islam namun ia tidak mau, dan hari ini mengucapkan kalimat yang sangat menyakitkan hatiku karena telah menjelek-jelek kan namamu wahai Rasulullah, maka doakanlah ibuku supaya mendapatkan hidayah dan masuk Islam”, kemudian Rasulullah mengangkat kedua tangannya dan berdoa : “Ya Allah berilah hidayah kepada ibu Abu Hurairah”, lalu Abu Hurairah pulang dan belum sampai di rumahnya ia mendengar suara air, kemudian ibunya berkata : “jangan masuk dulu”, kemudian Abu Hurairah mendapati ibunya telah selesai mandi dan menggunakan pakaian yang tertutup dengan mengenakan jilbab, maka setelah Abu Hurairah masuk ke dalam rumah ia berkata : أشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا عبده ورسوله , menangislah Abu Hurairah, lalu mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata : “wahai Rasulullah, ibuku telah masuk Islam di tanganku, ketika aku pulang aku dapati ia selesai mandi dan memakai pakaian yang tertutup dan memakai jilbab kemudian mengucap syahadat “, itu karena dari doa sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dari sini kita memahami, dan supaya tidak terjebak dalam memahami firman Allah subhanahu wata’ala :
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
( الحجرات : 13 )
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu”. (QS. Al Hujurat: 13 ) 

Orang yang mulia di sisi Allah tergantung pada ketakwaanya, namun bukan hanya itu, karena ada orang yang mulia di sisi Allah namun bukan karena ketakwaannya, tetapi karena doa orang lain, sebagaimana ibu Abu Hurairah yang dulunya adalah seorang kafir dan mencaci maki Rasulullah, namun karena telah didoakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka berubah menjadi mu’minah shalihah, padahal ia mencaci nabi namun didoakan oleh beliau dan dikabulkan oleh Allah subhanahu wata’ala. Sebagaimana kisah antara nabi Musa As dan nabi Khidir As dalam surah Al Kahfi, dimana ketika nabi Khidir As diutus untuk menemui nabi Musa AS dan mengajarinya tentang takdir-takdir Ilahi. Kisah ini sangat panjang namun secara singkat ketika nabi Musa As bertemu dengan nabi Khidir As, nabi Musa As berkata kepada nabi Khidir :  “izinkanlah aku ikut bersamamu untuk kau ajari aku tentang ilmu yang egkau ketahui?”,  nabi Khidir berkata:  “sungguh engkau tidak akan bisa sabar bersama denganku”,  nabi Musa AS menjawab:  “Insyaallah aku akan bisa bersabar dan tidak akan melanggar perintahmu”,  lalu nabi Khidir berkata:  “Jika kau ikut bersamaku, maka jangan engkau bertanya tentang sesuatu sampai aku yang mengatakannya kepadamu”.  Maka keduanya berjalan hingga menaiki sebuah perahu lalu nabi Khidir membocorkan perahu itu, maka nabi Musa berkata:  “mengapa engkau membocori perahu itu untuk menenggelamkan orang-orang di dalamnya, sungguh engkau telah berbuat kesalahan”,  maka nabi Khidir berkata : “bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa engkau tidak akan bisa sabar mengikutiku”, maka nabi Musa berkata :  “baiklah maafkan aku, sungguh aku telah lupa”,  kemudian mereka melanjutkan perjalanan sehingga mereka menemui seorang anak kecil maka dibunuhlah anak kecil itu oleh nabi Khidir, lalu nabi Musa As berkata :  “mengapa engkau membunuh anak kecil yang tidak berdosa?”,  maka nabi Khidir kembali berkata :  “bukankah telah aku katakan padamu, engkau tidak akan mampu bersabar bersamaku”,  maka nabi Musa kembali berkata :  “baiklah maafkan aku, jika nanti aku bertanya lagi kepadamu akan sesuatu maka tinggalkanlah aku”,  mereka pun kembali melanjutkan perjalanan dan ketika tiba di sebuah perkampungan, maka penduduk kampung itu tidak mau menerima mereka dan tidak mau menjamu mereka, lalu disana mereka menemukan sebuah dinding rumah yang telah rapuh dan hampir roboh, maka nabi Khidir memperbaiki dan membangun kembali dinding rumah itu, maka nabi Musa berkata :  “jika engkau mau, engkau bisa meminta imbalan untuk hal itu”, kemudian nabi Khidir berkata :  “inilah akhir pertemuanku denganmu, aku akan menjelaskan kepadamu akan hal-hal yang tidak mampu engkau bersabar atasnya, ketahuilah bahwa perahu yang kubocorkan tadi adalah milik orang miskin yang bekerja di laut, dan aku merusaknya hingga perahu itu tenggelam karena dihadapan mereka ada seorang raja yang akan merampas setiap perahu, adapun anak muda (kafir) itu kubunuh, karena kedua orang tuanya adalah orang yang beriman dan aku khawatir dia akan memaksa kepada kesesatan dan kekafiran dan Allah akan menggantikannya dengan anak lain yang lebih baik darinya, dan tembok rumah yang kubangun itu adalah milik dua anak yatim di kampung itu, yang dibawahnya ada pendaman harta untuk mereka yang mana ayah mereka adalah orang shalih, maka Allah berkehendak agar anak yatim itu dewasa kemudian mereka mengeluarkan harta itu sebagai rahmat dari Allah”. Maka Allah menjaga harta itu untuk kedua anak yatim itu karena ayah mereka adalah orang yang shalih, dan bukan karena kedua anak yatim itu yang shalih.  Jadi hidayah itu bisa dikarenakan ketakwaan kita, bisa juga karena ketakwaan dan doa orang lain, atau doa seorang anak terhadap ayah ibunya, seperti doa Abu Hurairah, atau karena doa orang tua terhadap anaknya, maka kemuliaan itu bisa datang dari mana saja namun tetap dengan kehendak Allah subhanahu wata’ala. Demikian rahasia kemuliaan di dalam kehidupan kita yang harus kita fikirkan, berhati-hatilah dalam melewati kehidupan ini, janganlah menjauh dari para shalihin apalagi memusuhi dan mengganggu para shalihin, baik mereka yang masih hidup atau pun yang telah wafat. Cintailah para shalihin, baik yang masih hidup atau pun yang telah wafat, khususnya pemimpin para shalihin, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Hati-hati terhadap kelompok yang tidak ingin dan tidak mau memuliakan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, karena hal ini ada perbuatan iblis, dimana salah satu sifat iblis adalah tidak mau memuliakan makhluk yang dimuliakan Allah, tidak mau bersujud kepada nabi Adam, kenapa? karena nabi Adam adalah makhluk yang diciptakan dari tanah, sejak puluhan ribu tahun iblis bersujud kepada Allah, namun tidak mau ketika diperintah untuk bersujud kepada nabi Adam As. Dan kita tidak diperintah untuk bersujud kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, namun kita diperintah oleh Allah untuk memuliakan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka wajib memulikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana Allah berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ
( الحجرات : 2 )
“ Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu , sedangkan kamu tidak menyadari.” ( QS. Al Hujurat : 2 ) 

Di masa pemerintahan sayyidina Umar bin Khattab RA, dimana ketika datang dua orang ke Madinah Al Munawwarah dan mereka masuk ke dalam masjid An Nabawy dan mengeraskan suara mereka disana, maka sayyidina Umar yang di saat itu menjadi khalifah bertanya : “kalian datnag dari mana?”, mereka menjawab: “ kami datang dari Najd” maka sayyidina Umar berkata : “jika kalian penduduk Madinah maka akan aku cambuk kalian karena telah mengeraskan suara di dekat jasad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”, padahal Rasulullah telah wafat. Al Imam Malik Ar, guru dari Al Imam As Syafi’i Ar, beliau tidak pernah memakai sandal jika berada di Madinah karena memuliakan rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, padahal panas matahari di saat itu sangat menyengat, dan beliau ( Al Imam Malik) jika membaca hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka tidak boleh ada orang yang bersuara, karena jika ada yang bersuara atau mengeraskan suara ketika hadits Rasulullah dibaca maka sama halnya dengan mengeraskan suara di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Alhamdulillah kita di majelis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berada di dalam naungan Allah subhanahu wata’ala.
...Salam perjuangan dari Al-Ittihadiyah..........

Jumat, 17 Juni 2011

Orang Yang Paling Beruntung Mendapat Syafaat


قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ
(صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah SAW: Orang yang paling beruntung mendapat syafaatku dihari kiamat adalah yang mengucapkan Laa ilaaha illallah (Tiada Tuhan Selain Allah), ikhlas dari hatinya atau dari dirinya” (Shahih Bukhari)
Tausiah Al Habib Faishal Al Kaff dari Jeddah dan diterjemahkan secara ringkas oleh Al Ustadz Syahrullah
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah subhanahu wata’ala Yang telah mengumpulkan kita dalam majelis mulia ini, yang talah menghadirkan jasad dan ruh kita dalam mejelis ini, majelis yang mengikat hati kita dengan hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yang jika bukan karena majelis ini kita tidak akan keluar dari rumah-rumah kita, kita keluar dari rumah kita hanya untuk hadir di majelis yang mulia ini, majelis yang terikat pula dengan majelis-majelis yang ada di Tarim, majelis yang selalu mendapatkan pandangan rahmat dari Allah subhanahu wata’ala. Maka hadirkanlah hati kalian dalam majelis ini dengan niat yang baik sehingga kalian mendapatkan keberkahan dari Allah subhanahu wata’ala, dan penuhilah hati kalian dengan kecintaan yang besar kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena orang yang mendapatkan bagian dari kecintaan kepada Rasulullah hanyalah orang yang mempunyai perhatian besar terhadap dakwah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ


" Tidaklah beriman kalian sampai aku lebih dicintai oleh kalian dari pada orang tua, anak, dan segenap manusia"
Maka dengan kecintaan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalamm kita akan mendapatkan rahmat terbesar dari Allah subhanahu wata’ala. Namun untuk mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kita harus mengenal beliau, karena tidak mungkin kita mencintai seseorang kecuali jika kita mengenalnya, maka dengan mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kita pun harus mengenal beliau. Majelis ini diberkahi oleh Allah subhanahu wata’ala karena terikat dengan majelis-mejelis para shalihin yang di Tarim, mudah-mudahan Allah subhanahu wata’ala memberikan kepada kita ni’mat syukur atas nikmat-nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Hadirin sekalian, ingatlah bahwa dalam setiap pundak kita ini menanggung tanggung jawab yang besar terhadap dakwah ini, bertanggung jawab dakwah terhadap keluarga, tetangga dan masyarakatnya. Terlebih lagi yang hadir di majelis ini kebanyakan dari kalian adalah kaum pemuda, yang mana tidaklah tegak agama ini kecuali diawali oleh para pemuda. Para pemuda di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, seperti sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw beliau adalah salah seorang anak muda yang membela dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, begitu pula istri beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, sayyidah Khadijah Al Kubra Ra yang telah menyelimuti beliau ketika beliau ketakutan setelah beliau menerima wahyu dari Allah, dan yang membantu dakwah beliau dengan dirinya dan segala hrat yang dia miliki, kemudian sayyidina Abu Bakr As Shiddiq dan sayyidina Umar bin Khattab Ra, dan sayyidina Utsman bin Affan yang membela dakwah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka semua adalah para pemuda. Maka korbankanlah jiwa kalian untuk tegaknya dakwah mulia ini, mudah-mudahan kita mendapatkan keberkahan dari Allah subhanahu wata’ala. Disebutkan dalam sebuah syair:

بَذَلْتُ لَكَ رُوْحِيْ وَالرُّوْحُ رَخِيْصَةٌ وَمَا تِلْكَ إِلَّا هَدِيَّةُ اْلفُقَرَاءِ
“Kuberikan ruhku untukmu, dan ruh adalah sesuatu yang murah dan itulah hadiah dari orang-orang yang fakir”

Ruh meskipun merupakan hal yang berharga namun menjadi sesuatu yang murah jika dikorbankan untuk Allah dan Rasul-Nya, yang mana jika ada sesuatu yang lebih berharga dari ruh pastilah akan dikorbankan untuk Allah dan Rasul-Nya (dakwah di jalan Allah). Maka jika engkau mengorbankan atau menjual ruh kalian sungguh yang akan membeli adalah Allah dan akan membalas pengorbananmu dengan balasan yang sangat agung sebagaimana firman-Nya :

إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ
(التوبة : 111 )
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.” ( QS. At Taubah : 111 )

Yang mana di dalam surga itu ada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka semua yang mencintai beliau akan mengorbankan segala sesuatu untuk mendapatkan bagian itu. Dan jadikanlah syiar kita semua sebagaimana syi’ar Tsauban Ra yang berkata : “wahai Rasulullah, surga yang aku tidak melihatmu di dalamnya maka itu bagiku bukanlah surga”,sebagaimana yang dikatakan oleh Al Habib Ali Al Habsyi dalam qasidahnya :

فِيْ جَنَّةٍ مَا شَاقَنِيْ مِنْ وَصْفِهَا # إِلَّا أَنَّ الْحِبَّ فِيْهَا خَيَّمَا
Dan tiadalah sesuatu yang lebih menggembirakan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, kecuali dalam setiap pundak pecintanya mengemban tanggung jawab dan memperhatikan akan dakwah yang telah beliau bawa, hal yang sangat beliau jaga dan perhatikan, sehingga suatu saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berkata karena begitu berpegangnya beliau akan risalah yang dibawa oleh beliau dari Allah subhanahu wata’ala, beliau bersabda :

لَوْ جَعَلُوْا اْلقَمَرَ عَنْ يَمِيْنِيْ وَالشَّمْسَ عَنْ يَسَارِيْ عَلَى أَنْ أَتْرُكَ هَذَا اْلأَمْرَ مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى يُظْهِرَهُ اللهُ أَوْ أَهْلَكَ دُوْنَهُ
“ Jika mereka menjadikan bulan di tangan kananku dan matahari di tangan kiriku, supaya aku meninggalkan (dakwah) ini, sungguh aku tidak akan meninggalkannya hingga agama ini tegak atau aku mati karena (membela jalan)-Nya “

Maka janganlah kalian pulang dari majelis seperti ini kecuali dengan semangat yang tinggi untuk membela Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan janganlah terpedaya oleh tipu daya dunia yang hanya sementara, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

بَادِرُوا فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِم يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا وَيُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا
“Bersegeralah beramal sebelum datangnya rangkaian fitnah seperti sepenggalan malam yang gelap gulita, seorang laki-laki di waktu pagi mukmin dan di waktu sore telah kafir, dan di waktu sore beriman dan pagi menjadi kafir, ia menjual agamanya dengan kesenangan dunia." 

Untuk urusan dunia tersebut mereka menjual agamanya, yang mana dunia itu adalah Sesutu yang tidak berarti dan tidaklah sebanding dengan balasan yang akan diberikan Allah kelak di akhirat, maka eratkan hubungan kalian dengan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sungguh manisnya hubungan antara makhluk dengan Allah jauh lebih mulia dari segala sesuatu yang ada di dunia ini, kelezatan iman jauh lebih nikmat dari segala kenikmatan di dunia ini, maka apakah kita telah merasakan kelezatan dan manisnya rasa iman itu?! dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

 ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ
“Tiga hal, barangsiapa memilikinya maka ia akan merasakan manisnya iman. (yaitu) menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya, mencintai seseorang semata-mata karena Allah, dan benci kembali kepada kekufuran sebagaimana bencinya ia jika dilempar ke dalam api neraka."

Maka dapatkanlah ketiga hal tersebut di dalam majelis-majelis seperti ini. Dan kita tidak mengetahui di majelis mana kita akan mendapatkan fath, maka janganlah pernah melewatkan majelis ini karena bisa jadi di hari yang kita tidak hadir ternyata di hari itu tersimpan rahasia-rahasia yang tersembunyi, kebaikan-kebaikan untuk diri kita. Suatu hari Ibn Al Faridh yang lagi mencari seorang syaikh (guru) unutknya, ia melihat seseorang tua yang berwudhu namun dia melihat ada yang kurang dalam wudhunya, ketika itu dia ingin menasihatinya namun dia enggan karena khawatir orang tua itu akan mengatakan sesuatu atas dirinya, namun dia bersikeras untuk menasihatinya karena hal itu berkaitan dengan hukum syariat, mualilah dia mendekati orang tua itu dan berkata : “wahai tuan, barangkali cara berwudhu’ yang lebih benar adalah begini, maka orang tua itu menoleh dan berkata : “wahai Ibn Al Faridh, syaikh yang engkau cari ciri-cirinya seperti ini..”, subhanallah ternyata rahasia itu tersembunyi dalam nasihat yang disampaikan oleh Ibn Al Faridh kepada orang tua itu. Mungkin saja jika Ibn Al Al Faridh tidak memberikan nasihat tadi, dia akan tetap bertahun-tahun dalam mencari syaikh untuknya, tentunya bukan hal yang mudah namun semua adalah pertolongan dari Allah. Maka jadikanlah dalam setiap majelis itu adalah waktu diberikannya anugerah dari Allah untuk kita, namun hindarilah untuk menghadiri majelis ini hanya karena kebiasaan dan tanpa dilandasi dengan niat yang baik, agar kita mendapatkan bagian yang besar dari Allah subhanahu wata’ala.

Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur yang telah mengangkat jiwa dan sanubari kita menuju kepada puncak-puncak keluhuran, puncak-puncak kebahagiaan, puncak-puncak cahaya-cahaya keindahan Ilahi yang abadi, yang dengan kehadiran kita di tempat ini membuka rahasia cahaya kebahagiaan yang kekal, yang menghapus dan meruntuhkan sedemikian banyak kemurkaan Allah sebab perbuatan-perbuatan kita yang telah lalu, yang membuat Allah subhanahu wata’ala ingin segera melemparkan kita ke dalam api neraka, namun karena kehadiran kita di malam hari ini dengan kehendak Allah subhanahu wata’ala, Allah mengangkat nama-nama kita menjadi hamba yang dimaafkan, hamba yang diampuni, hamba yang dibimbing pada keluhuran, hamba yang dibukakan baginya segala pintu rahmah, segala pintu cahaya, segala pintu inayah, segala pintu ma’rifah, sehingga setiap nafasnya tertuntun dalam keluhuran, dalam kebahagiaan, dan tidak lepas dari hal-hal yang mulia, dan ketika ia terjebak dalam dosa ia segera ingin kembali kepada pintu terbesar dari seluruh rahmat Allah, yaitu “ Laa ilaaha illallah”, yang telah disabdakan oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, ketika ditanyakan oleh Abu Hurairah Ra : “Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling beruntung yang mendapatkan syafaatmu di hari kiamat?”, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab :

أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ
“Yang paling bahagia dengan syafa’atku pada hari Kiamat adalah, orang yang mengucapkan Laa ilaahaa illallaah dengan ikhlas dari hatinya atau dirinya”

Maka hujjatul islam wabarakatul anam Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani berkata di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa karena itulah kalimat ini selalu diajarkan oleh ulama’ untuk diulang-ulang dan terus direnungkan kedalaman maknanya, karena seluruh makna alam semesta berpadu dalam makna kalimat ini, karena seluruh rahasia alam semesta sebelum diciptakan, setelah diciptakan dan setelah sirna kesemuanya berpadu dalam kalimat ini, segala sesuatu dari hal-hal yang terlihat, yang terdengar, semua bentuk dan sifat, serta semua ciptaan Allah yang ada di alam ini tidak terlepas daripada kalimat “Laa ilaaha illallah” . Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Al Imam Al Bukhari di dalam kitab Adab Al Mufrad, yang menukil hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana Rasulullah bersabda bahwa nabi Nuh berwasiat kepada putranya :

يَا إِبْنِيْ أُوْصِيْكَ بِكَلِمَتَيْنِ :"سُبْحَانَ الله وَبِحَمْدِهِ وَلَاإِلهَ إِلَّا اللهُ
“ Wahai anakku, aku berwasiat kepadamu dengan dua kalimat : “ Subhanallah wabihamdihi, dan Laailaaha illallah”

Karena kalimat “Subhanallah wabihamdihi” adalah shalatnya seluruh makhluk Allah dan Allah memberi rizki kepada semua hamba-Nya dari kalimat “Subhanallah wabihamdih” kalimat itu mensucikan Allah, mengangungkan Allah, meluhurkan Allah, memuliakan Allah, sungguh Allah tidak butuh untuk dimuliakan, tidak butuh untuk disucikan, tidak butuh dipuji namun Allah menjadikan terpuji orang yang memuji Allah, membuat tersucikan orang yang mensucikan Allah, membuat mulia orang yang memuliakan Allah. Oleh sebab itu orang yang banyak mensucikan dan memuji Allah maka Allah akan limpahkan rizki, dan semakin banyak yang berbuat demikian maka akan semakin Allah limpahkan rizki secara hissi dan ma’nawi, zhahir dan bathin di dunia dan akhirah.
Adapun kalimat yang kedua yaitu “Laailaaha illallah”, jika kalimat ini ditimbang dengan seluruh alam yang ada maka kalimat ini akan lebih berat, karena seluruh kalimat tidak ada jika tidak ada Allah subhanahu wata’ala, maka berpadu seluruh kejadian, seluruh sifat dan pemikiran, seluruh ketentuan yang pernah terjadi atau yang akan terjadi kesemuanya tidak akan pernah terlepas dari rantai dan kekuatan kalimat “Laailaaha illallah”, maka inilah kalimat yang terkuat, kalimat yang terdahsyat, kalimat yang terluhur dan kalimat inilah yang telah disabdakan oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam : “Barangsiapa yang mengucapkan “Laailaaha illallah” dari dasar hatinya atau dari dirinya, maka dialah orang yang paling beruntung yang mendapatkan syafaatku”.
Semoga Allah subhanahu wata’ala memulikan hari-hari kita dengan keluhuran, dengan cahaya dan kemuliaan Laailaaha illallah, dengan barakah Laailaaha illallah, dengan terbukanya pintu-pintu keluhuran dari kalimat Laailaaha illallah, dan mengalirnya air mata taubah dengan kemuliaan Laailaaha illallah, dan kerinduan kita kepada sang pemilik Laailaaha illallah, Allah subhanahu wata’ala. Semoga Allah membuka seluruh hati kita untuk rindu kepada Allah, rindu kepada Rasulullah, Ya Rahman Ya Rahim, alihkan seluruh sanubari kami yang hadir di majelis ini, yang hadir di streaming website di segala penjuru untuk mencintai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan memuliakan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang dengan hal itu mereka akan sampai kepada mahabbatullah …

Rabu, 01 Juni 2011

Bermazhab dengan mazhab al-Salafiyyah (Salafy) adalah DILARANG & bid’ah


Inilah penjelasannya
Penjelasan Imam al-Nawawi dipetik dari kitab Majmu’ Sharh al-Muhazzab
Bab Adab Berfatwa, Mufti dan Orang Yang Bertanya Fatwa

Terjemahan
Dan tidak boleh bagi si awam itu bermazhab dengan mazhab salah seorang daripada imam-imam di kalangan para sahabat r.anhum dan selain daripada mereka daripada generasi-generasi yang terawal, walaupun mereka lebih alim dan lebih tinggi darjatnya berbanding dengan (ulama’) selepas mereka;
ini adalah kerena mereka tidak meluangkan masa sepenuhnya untuk mengarang ilmu dan meletakkan prinsip-prinsip asas dan furu’nya. Maka tidak ada bagi salah seorang daripada mereka sebuah mazhab yang telah dihalusi, dianalisis dan diperakui.
Hanyasanya, (ulama’2) yang datang selepas mereka yang merupakan pendokong mazhab para sahabat dan tabien lah yang melakukan usaha meletakkan hukum-hukum sebelum berlakunya perkara tersebut; yang bangkit menerangkan prinsip-prinsip asas dan furu’ mereka seperti (Imam) Malik dan (Imam) Abu Hanifah dan selain dari mereka berdua.”
[Kemudian Imam al-Nawawi menjelaskan kelebihan mazhab Imam al-Shafie dari pandangan beliau dan dengan secara tersiratnya menerangkan mengapa beliau bermazhab dengan mazhab Imam al-Shafie]
“Dan oleh kerana Imam al-Shafie adalah merupakan imam yang terkemudian dari sudut masa, maka beliau telah melihat mazhab-mazhab mereka seperti mana mereka melihat mazhab-mazhab ulama’ sebelum mereka. Maka beliau menperhalusinya, mengujinya dan mengkritiknya dan memilih yang paling rajih (kuat) dan beliau mendapat hasil daripada usaha ulama’2 sebelum beliau yang telah meletakkan gambaran dan pengasasan, maka beliau telah meluangkan masa untuk memilih dan mentarjih dan menyempurnakan dan meminda, dengan pengetahuan beliau dan kebijaksanaan beliau dalam pelbagai bidang ilmu.
Dan dengan perkara ini beliau mendapat kedudukan yang lebih kuat dan rajih, kemudian tidak ada selepas beliau, (alim) yang mencapai kedudukan seperti beliau dalam perkara ini.
Maka dengan ini, mazhab beliau adalah mazhab yang paling utama untuk diikuti dan bertaqlid dengannya – dan ini dengan jelasnya bahawa kita mestilah berlaku adil dan tidak ada meletakkan sebarang sikap memandang rendah pada salah seorang daripada para imam.
Hal ini, apabila diteliti oleh si awam akan memandunya kepada memilih mazhab Imam al-Shafie dan bermazhab dengannya.”
Sedikit Ulasan
·    Mengikut mazhab yang empat pada hakikatnya mengikut mazhab para sahabat dan tabien kerana ulama’ mazhab empat merupakan pendokong mazhab para sahabat dan tabien yang mengikut sunnnah Rasulullah SAW.
·    Terdapat beberapa Imam dalam mazhab al-Shafie yang menerangkan sebab kenapa mereka bermazhab dengan mazhab Imam al-Shafie seperti Imam al-Nawawi, Imam al-Bayhaqi dan Imam al-Suyuthi. Jelaslah mereka bermazhab dengan mazhab Imam al-Shafie bukan kerana taqlid semata-mata.
·    Kalau andadapat cari sebab-sebab yang dikemukan oleh para imam tersebut, Insya Allah, akan bertambah kuat pegangan anda dengan mazhab yang muktabar seperti mazhab Imam al-Shafie .
·    Ada saper2 nak bantah kata2 Imam al-Nawawi ini?!
·    Pelik sungguh bila melihat orang ramai sanggup mengikut pendapat golongan Wahhabi yang tidak mempunyai latar belakang pengajian agama yang kukuh, bahkan sebahagian besar mereka adalah daripada golongan professional [pilot pun ader, pegawai syarikat komunikasi pun ader, pegawai bank pun ader] yang tidak mahir berbahasa arab dan meninggalkan ulama’ mazhab yang empat seperti Imam al-Nawawi .
·    Fikir-fikirkanlah .
Alim besar Syria yang tidak perlu diperkenalkan lagi, al-Sheikh Prof. Dr. Muhammad Said Ramadhan al-Bouthi menerangkan dengan panjang lebar sebuah ajaran baru yang dinamakan “al-Salafiyyah” selepas ditukar jenama daripada “al-Wahhabiyyah” kerana pengamal ajaran ini tidak mahu ajaran ini dinisbahkan kepada Muhammad Ibn Abdul Wahhab semata-mata. [Rujuk m/s 235 & 236 daripada kitab dibawah]
Beliau menyatakan bahawa MENGIKUT GENERASI SALAF adalah satu perkara yang sangat-sangat berbeza berbanding BERMAZHAB DENGAN MAZHAB AL-SALAFIYYAH yang digembar-gemburkan oleh pengamal Wahhabi pada hari ini.[Rujuk m/s 221 sehingga 242 daripada kitab di bawah].
Beliau berkata bahawa istilah yang digunakan oleh para ulama’ untuk menamakan kedudukan para ulama’ yang benar adalah Ahli Sunnah dan Jama’ah. Istilah Ahli Sunnah dan Jama’ah adalah istilah yang telah diijmak oleh para ulama’ generasi Salaf untuk menamakan golongan yang benar. Manakala istilah al-Salafiyyah yang digunakan oleh golongan Wahhabi pada hari ini untuk melambangkan dan menamakan golongan yang benar [menurut sangkaan mereka] adalah satu bid’ah yang tercela bahkan tidak pernah digunakan oleh generasi Salafus Soleh untuk menamakan golongan yang benar. Sila lihat petikan dan terjemahan kata-kata beliau di bawah [Semoga anda diberi hidayah oleh Allas SWT]. Kitab ini bertajuk:
[السلفية: مرحلة زمنية مباركة لا مذهب إسلامي]
“Al-Salafiyyah: Satu Tempoh Masa Yang Diberkati dan bukanlah Sebuah Mazhab Islam.”
Kitab ini adalah satu penerangan dan kritikan yang penuh ilmiah terhadap ajaran Wahhabi yang dikarang oleh seorang alim seperti beliau.
“Cukuplah pujian bagi kitab ini dengan disebutkan nama penulisnya.”

Terjemahan:“Dan manakala apabila seorang Muslim mentakrifkan / memperkenalkan dirinya dengan menyatakan bahawa dia disandarkan kepada sebuah mazhab yang dikenali pada hari ini dengan al-Salafiyyah, maka tanpa ragu-ragu lagi dia adalah seorang ahli bid’ah.
Ini adalah kerana sekiranya istilah “al-Salafiyyah” boleh memberi maksud yang sama seperti “Ahli Sunnah dan Jamaah”, maka sesungguhnya dia telah melakukan bid’ah dengan mencipta nama yang berbeza dengan nama yang telah disepakati oleh generasi Salaf [Semoga keredhaan Allah dilimpahkan ke atas mereka].
Dan nama yang bid’ah lagi tidak diperlukan ini telah cukup untuk menimbulkan ketidakstabilan dan perpecahan di dalam saf-saf [perpaduan] umat Islam.
Dan manakala sekirannya nama al-Salafiyyah ini memberi maksud yang berbeza dengan dengan hakikat Ahli Sunnah dan Jama’ah – dan inilah kebenarannya – maka bid’ah ini telah berlaku dengan nama rekaan tersebut [al-Salafiyyah] serta kandungannya yang bathil, dan istilah ini cuba menegakkan benderanya dan mengangkat kedudukannya sebagai ganti kepada kebenaran yang telah disepakati oleh generasi Salaf dan [generasi Salafus Soleh pada hakikatnya] telah berijma’ menggunakan nama “Ahli Sunnah dan Jama’ah” [bagi golongan yang benar].”
Maka telah terbuktilah bid’ah [golongan Salafi Wahhabi ini] dalam menggunakan istilah “al-Salafiyyah” di samping maksudnya yang juga bid’ah untuk digunakan sebagai jenama/nama bagi sebuah kumpulan baru [Salafi Wahhabi] yang memisahkan diri mereka dari jemaah umum Umat Islam yang bersatu dalam menggunakan istilah “Ahli Sunnah dan Jama’ah” serta berpegang dengan hakikat [Ahli Sunnah dan Jama’ah] yang benar.”
Dapat difahami daripada kata-kata di atas bahawa al-Sheikh al-Bouthi:
1.     Menerangkan bahawa istilah al-Salafiyyah adalah satu istilah yang bid’ah dan bertentangan dengan kesepakatan ulama’ generasi Salaf.
2.     Menolak istilah al-Salafiyyah untuk digunakan sebagai ganti Ahli Sunnah dan Jamaah.
3.     Berterus-terang bahawa kandungan ajaran yang dibawa oleh kelompok Salafiyyah Wahhabiyyah adalah bukan merupakan pegangan Ahli Sunnah dan Jamaah.
Semoga nasihat beliau ini mampu melembutkan hati yang keras, menghidupkan hati yang mati, menyedarkan hati yang lalai, mengubati hati yang berpenyakit dan meluruskan hati yang terpesong dengan izin Allah SWT dan berkat kasih sayang-Nya kepada Rasulullah SAW.
Wassalam.