Selasa, 22 Februari 2011

Turunnya Wahyu Yang Pertama



عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ أَنَّهَا قَالَتْ : أَوَّلُ مَا بُدِئَ بِهِ، رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، مِنْ الْوَحْيِ، الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ فِي النَّوْمِ، فَكَانَ لَا يَرَى رُؤْيَا، إِلَّا جَاءَتْ مِثْلَ فَلَقِ الصُّبْحِ، ثُمَّ حُبِّبَ إِلَيْهِ الْخَلَاءُ، وَكَانَ يَخْلُو بِغَارِ حِرَاءٍ، فَيَتَحَنَّثُ فِيهِ، وَهُوَ التَّعَبُّدُ اللَّيَالِيَ ذَوَاتِ الْعَدَدِ، قَبْلَ أَنْ يَنْزِعَ إِلَى أَهْلِهِ، وَيَتَزَوَّدُ لِذَلِكَ، ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَى خَدِيجَةَ، فَيَتَزَوَّدُ لِمِثْلِهَا، حَتَّى جَاءَهُ الْحَقُّ، وَهُوَ فِي غَارِ حِرَاءٍ، فَجَاءَهُ الْمَلَكُ، فَقَالَ : اقْرَأْ، قَالَ: مَا أَنَا بِقَارِئٍ، قَالَ: فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي، حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجَهْدَ، ثُمَّ أَرْسَلَنِي، فَقَالَ: اقْرَأْ، قُلْتُ : مَا أَنَا بِقَارِئٍ، فَأَخَذَنِي، فَغَطَّنِي الثَّانِيَةَ، حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجَهْدَ، ثُمَّ أَرْسَلَنِي، فَقَالَ: اقْرَأْ، فَقُلْتُ: مَا أَنَا بِقَارِئٍ، فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّالِثَةَ، ثُمَّ أَرْسَلَنِي، فَقَالَ: { اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ، خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ، اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ }
(صحيح البخاري)
Dari Aisyah ra Ibunda kaum mukminin : “Pertama bermulanya Rasulullah saw dari turunnya wahyu, adalah mimpi yang baik dalam tidur, dan beliau saw saat itu tidak melihat mimpi kecuali terlihat seperti cahaya subuh, kemudian beliau saw menjadi menyukai menyendiri, dan beliau terus berkhalwat di Goa hira, dan menyendiri dalam ibadah disana, dan beribadah malam beberapa lama sebelum kemudian kembali pada keluarga, dan beliau semakin asyik berkhalwat, lalu kembali pada Sayyidatina Khadijah ra (istri beliau saw), maka beliau semakin banyak berkhalwat, hingga datang pada beliau saw kebenaran, dan beliau saw sedang di Goa Hira, maka datanglah pada beliau saw Malaikat Jibril as, dan berkata : Bacalah!, beliau saw menjawab : aku tak bisa membaca, maka bersabda Rasul saw bahwa jibril as memelukku hingga aku kepayahan, lalu melepaskanku dan berkata : Bacalah..!, kukatakan : aku tidak bisa membaca. Maka aku dipeluk kedua kali hingga membuatku sesak bernafas, lalu melepaskanku, l dan berkata : Bacalah!, beliau saw menjawab : aku tak bisa membaca, alu aku dipeluknya dengan pelukan yang sangat ketat ketiga kali hingga aku kepayahan dan melepaskanku dan berkata : “BACALAH DENGAN NAMA TUHANMU YANG MAHA MENCIPTA, YANG MENCIPTA MANUSIA DARI TANAH BERLUMPUR, KATAKANLAH, DEMI TUHAN MU YANG MAHA LUHUR” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Cahaya keluhuran yang abadi tiada pernah berhenti menerangi jiwa hamba-Nya sepanjang generasi dan zaman, cahaya kebahagiaan yang selalu melimpahkan anugerah kepada hamba-Nya sepanjang masa secara turun temurun hingga masa berakhir, cahaya kenikmatan yang dibagikan kepada hamba-Nya yang taat dan hamba-Nya yang tidak taat, cahaya kasih sayang yang selalu ditawarkan untuk hamba-Nya yang ingin menjawab, cahaya yang menerangi jiwa hamba-Nya dengan iman untuk menyembah-Nya sehingga tidak menyembah selain-Nya, cahaya Allah, Tuhan segenap langit dan bumi Yang Maha memiliki dan Maha Mengasuh, Maha Raja langit dan bumi Yang maha membuka setiap detik kehidupan dengan berjuta hikmah . Belahan barat dan timur merupakan lembaran-lembaran rahasia hikmah ilahi, yang jika ditulis tidak akan pernah tertuliskan, dan jika diingat maka tidak akan ada yang mampu mengingatnya, karena dalam setiap satu detik milyaran kejadian yang terjadi dalam setiap satu hamba, belum lagi jutaan hamba lain yang telah diciptanya. Sang Maha Tunggal dan Maha Abadi ingin menerangi jiwa kita di malam hari ini dengan keinginan luhur untuk berkumpul di dalam cahaya keluhuran-Nya, untuk dijamu dengan cahaya keindahan-Nya yang diantaranya adalah cahaya pengampunan, hidayah dan taufiq yang menghantarkan kita kepada jalan kemuliaan menuju surga Allah subhanahu wata’ala, sebagaiamana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“ Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan mudahkan jalannya menuju surga.” 
Samudera ilmu adalah Al qur’an Al Karim dan hadits-hadits nabi, yang telah dijelaskan oleh para ulama dan para imam kita bahwa ilmu tebagi menjadi beberapa cabang ilmu, diantaranya ada ilmu tafsir, ilmu musthalah, dan lainnya yang kesemuanya berpadu pada satu nama “Allah”, kesemuanya menuntun untuk mengenal “Allah” untuk sampai kepada keridhaan Allah, untuk jauh dan bebas dari murka Allah, untuk mendapatkan rahmat Allah yang lebih besar berupa rahmat yang kekal di dalam kehidupan yang kekal, sungguh kehidupan di dunia penuh dengan kenikmatan dan musibah, begitu pula kehidupan di alam barzakh pun penuh dengan kenikmatan dan penuh dengan musibah, kehidupan di akhirat pun penuh dengan kenikmatan dan musibah. Namun jangan tertipu dengan kehidupan dunia yang singkat, karena kehidupan di alam barzakh lebih panjang yang lebih besar kenikmatannya dan lebih besar pula kesusahannya. Adapunkehidupan akhirat kenikmatannya kekal dan kesusahannya punlebih menyakitkan, maka kehidupan kita yang sekarang ini adalah fase yang pertama dalam kehidupan kita untuk menjadi modal kita dalam kehidupan berikutnya di alam barzakh dan di hari kiamat. Maka penentu kehidupan di alam barzakh dan akhirat adalah kehidupan di dunia ini, kehidupan sebelum di dunia adalah kehidupan di alam ruh dan kita telah dijadikan lupa oleh Allah dari mengingatnya, hingga pada kehidupan dunia kita akan mencapai pada hal-hal yang menuntun kita kepada kebaikan atau kehinaan, sebagaimana firman Allah :
وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ
( البلد : 10 )
“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.” ( QS. Al Balad : 10 )
Dalam ayat yang lainnya Allah subhanahu wata’ala berfirman :
هَلْ أَتَى عَلَى الْإِنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًا مَذْكُورًا ، إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا ، إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا
( الإنسان : 1- 3 )
“Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut, sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat, sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.” ( QS. Al Insan : 1-3 )
Ada diantara manusia yang tidak percaya bahwa mereka akan menjumpai kehidupan setelah kematian, diantara mereka berkata : “apa benar akan ada kehidupan setelah kematian, mana buktinya?!”, maka Allah subhanahu wata’ala memberikan jawaban yang sederhana, jika mereka bertanya tentang hal itu maka tanyakan juga dari mana asal mereka, siapa yang memunculkannya, apakah mereka menciptakan diri mereka sendiri, apakah mereka tahu kehidupan sebelum di dunia ini, apakah mereka ingat saat mereka di alam rahim, apakah mereka ingat ketika Allah merangkai tangan, kaki dan seluruh panca inderanya?! dan jika kita tidak mengingatnya apakah berarti kita harus mengingkari kehidupan di alam rahim?!, tentunya tidak demikian dan tak seorang pun diantara kita yang mengingkari kehidupan di alam rahim walaupun kita tidak merasakannya, namun tetap terbukti bahwa ada kehidupan di alam rahim setelah munculnya dan terlahir ke dunia, demikian pula kehidupan di alam barzakh akan diketahui setelah kita memasukinya di alam barzakh kela. Demikian agung anugerah Allah subhanahu wata’ala dan sampailah kita di malam hari yang luhur ini , semoga menjadi pembuka keluhuran yang kekal selama-lamanya setelah malam ini dan tiada lagi malam kehinaan bagi kita selama-lamanya di dunia, di barzakh dan di akhirat, tiada waktu yang hina kecuali Allah tutupi dengan rahmat-Nya, kesalahan ditutupi dengan pengampunan dan tabir-tabir penutup aib. Ya Rahman Ya Rahim, turunkan tabir-tabir penutup aib kami dan bukakan tabir-tabir rahmat untuk kami, amin allahumma amin.
Sampailah kita pada hadits agung yang merupakan satu nukilan daripada proses turunnya kalimatullah, firman Allah subhanahu wata’ala yang pertama membuka rahasia rahmat Allah subhanahu wata’ala menuntun hamba-hamba kepada puncak-puncak keluhuran, hingga terangkatlah derajat para wali Allah, shalihin dan para muqarrabin dan kesemua yang terluhurkan bersumber dari al qur’an al karim, dan alqur’an al karim adalah sumber dari kitab-kitab Allah yang terdahulu. Maka disini dijelaskan bagaimana nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam saat pertama kali menerima wahyu. Dan beberapa hari lagi kita akan memasuki gerbang bulan Rabi’ul Awal, bulan kelahiran sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Turunnya Al qur’an bukan di bulan Safar, bukan pula di bulan Rabi’ul Awal namun di bulan Ramadhan. Maka kita fahami dahulu sebelum kita masuk ke bulan Rabi’ul Awal apa tugas shahib rabi’ul awal, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mencapai usia 40 tahun beliau lebih suka menyendiri di goa Hira’ yang juga diikuti dengan mimpi-mimpi yang memperlihatkan kepada beliau cahaya di waktu subuh, sebagai tanda terbitnya risalah, matahari tuntunan keluhuran akan terbit di tangan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany berkata di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa tidaklah mustahil penglihatn rasulullah atas cahaya ketika subuh itu adalah dalam keadaan bangun dan sadar diri, karena kalimat “ru’yah” tidak hanya dikhususkan ketika mimpi dalam keadaan tidur saja namun ada kemungkinan kejadian itu terjadi dalam keadaan terbangun yaitu melihat falaq subuh secara langsung bukan dalam mimpi, dan hal itu terus menerus terjadi sehingga beliau mulai terarahkan untuk menerima risalah sebagai tanda bahwa beliau akan segera mengemban risalah kenabian, beliau telah dipilih sebagai pemimpin para nabi dan rasul sebelum beliau dilahirkan bukan setelah beliau berusia 40 tahun, karena Allah subhanahu wata’ala telah berfirman jauh sebelum rasulullah lahir dan sebelum para nabi diutus, Allah telah mengumpulkan ruh para nabi dan mengambil sumpah kepada mereka, sebagaimana firman-Nya :
وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آَتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ ، فَمَنْ تَوَلَّى بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
( آل عمران : 81-82 )
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: "Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan bersungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya. Allah berfirman : "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" Mereka menjawab: "Kami mengakui". Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu". Barangsiapa yang berpaling sesudah itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” ( QS. Ali Imran : 81-82 )
Maka ketika rasulullah berumur 40 tahun, muncullah keinginan pada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam untuk selalu menyendiri. Jadi kalau di zaman sekarang kita sering mendengar budaya semedi sebenarnya hal itu berawal dari tuntunan Ilahi dan berasal dari Islam juga, bahwa dahulu ada juga yang dinamakan “menyendiri” yang dilakukan oleh nabi Muhammad dan nabi-nabi terdahulu namun tidak seperti yang dilakukan oleh orang-orang di zaman sekarang yang hanya duduk diam saja, tetapi yang dimaksud berkhalwat adalah menghindari aktivitas dari banyak orang dengan beribadah sendiri dan menjauhi pergaulan, namun tidak secara terus menerus tanpa henti, akan tetapi setelah beberapa hari turun dari goa dan pulang kepada istri-istrinya dan keluarganya, kemudian kembali lagi ke gua Hira’ setelah beberapa hari pulang lagi kepada keluarga dan istrinya, demikian seterusnya, dan yang terakhir kali beliau lama tidak turun dari godaan saat itu datanglah kebenaran , beliau bersabda : “datang kepadaku malaikat Jibril, kemudian dia berkata kepadaku : “bacalah”, maka rasulullah berkata : “aku bukan orang yang pandai membaca”, kemudian malaikat Jibril memeluknya dengan keras, kemudian dia kembali berkata : “bacalah”, maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “aku bukan orang yang pandai membaca” , maka malaikat Jibril AS kembali memeluk nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan erat lalu melepaskannya lagi, kemudian berkata kepada rasulullah : “bacalah”, maka beliau berkata : “aku bukanlah orang yang pandai membaca”, dan dijelaskan di dalam Fathul Bari oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany bahwa dalam ucapan Rasulullah yang ketiga terdapat tanda tanya yaitu : “apa yang harus aku baca?” maka berkatalah Jibril As :
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ ، خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ ، اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ
( العلق : 1-3 )
“Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Paling Pemurah.” ( QS. Al ‘Alaq : 1 - 3)
Kalimat ini menjadi tuntunan bagi semua pembaca dan penuntut ilmu, bahwa semua yang kita baca yang dilandasi dengan nama Allah Yang Maha Pencipta dan memunculkan rahasia keluhuran sang pencipta, maka apa-apa yang kita baca akan menuntun kepada jalan kebenaran, sebaliknya bacaan yang dilandasi hawa nafsu atau hampa dari niat baik maka iblis dan syaitan bisa mempengaruhinya. Maka ketika membaca hadirkanlah keluhuran Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Pencipta maka apa-apa yang engkau baca akan membuka hikmah-hikmah yang lebih dari yang biasa engkau fahami. Jika seseorang membaca satu kata maka ia akan menemukan ribuan hikmah yang Allah akan bukakan dibalik kata itu, misalkan seseorang melihat tulisan hijau, maka orang yang membacanya dengan pemahaman yang kosong maka hanya akan terlintas di benaknya warna hijau saja, namun jika dia membacanya dengan keluhuran dan dihayati dengan penuh makna maka akan muncul berbagai hikmah dan akan terbesit dalam benaknya dari kata hijau itu, diantaranya adalah banyak tumbuh-tumbuhan yang berwarna hijau, juga dikatakan oleh para ilmuwan bahwa warna hijau bisa mengobati mata yang kelelahan yang terkena radiasi, tumbuhan bermacam-macam jenisnya dan kesemuanya adalah ciptaan Allah, maka dengan satu kata “hijau” engkau akan tenggelam dalam rahasia keluhuran ilahi jika engkau membacanya dengan penuh makna. Belum lagi dengan kata-kata yang lainnya, sungguh engkau akan larut berjam-jam atau bahkan berhari-hari jika rahasia keluhuran ilahi terungkapkan. Demikianlah kalimat-kalimat hikmah ilahiyyah yang tersimpan dalam setiap kata. Oleh sebab itu, Allah mengajari kita untuk membuka jutaan hikmah yang terpendam yang belum kita fahami dari hal-hal yang mungkin telah ratusan ribu kali kita membacanya, bagaimana caranya ? yaitu membaca “dengan nama Tuhanmu Yang Maha Pencipta”, DIA telah menciptakan dari kalimat itu terdapat keluhuran yang banyak untukmu. Dan setelah kejadian ini maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam didesak oleh rahasia wahyu yang demikian dahsyatnya hingga beliau menjadi risau, bingung dan takut kemudian keluar dari goa Hira’ turun menuju rumah sayyidah Khadijah Ra, setelah masuk ke rumah beliau berkata : “selimuti tubuhku”, tubuh beliau menggigil kedinginan karena baru pertama kali menerima wahyu Ilahi, maka sayyidah Khadijah Ra menutupi beliau dengan selimut dan menenangkannya kemudian sayyidah Khadijah berkata : “ Apa yang terjadi wahai Muhammad “, maka beliau berkata : “aku merasa takut dan risau”, maka sayyidah Khadijah berkata : “Janganlah takut dan risau, Allah tidak akan mengecewakanmu karena engkau adalah orang yang paling baik, sopan, dermawan dan suka membantu orang yang kesusahan”. Di masa jahiliyyah manusia pun telah mengenal Allah, namun mereka mengenal Allah bahwa Allah Maha Tunggal namun ada tuhan-tuhan yang lainnya hingga mencapai 360 tuhan lainnya, namun mereka telah mengenal Allah subhanahu wata’ala dan menganggap-Nya sebagai rajanya Tuhan. Maka Rasulullah menceritakan kejadian itu, maka sayyidah Khadijah mengajak beliau shallallahu ‘alaihi wasallam untuk bertemu dengan pendeta Buhaira, dia seorang yang beragama Nasrani yang menulis kitab Injil dengan bahasa Ibrani, dia saudara sepupu sayyidatuna Khadijah Al Kubra yang telah lanjut usia dan buta, maka sayyidatuna Khadijah menceritakan kepadanya tentang Rasulullah, hingga peristiwa yang terjadi di gua Hira’ bersama malaikat Jibril, maka pendeta itu terkejut dan berkata : “ Barangkali dia adalah malaikat yang turun membawa wahyu kepada Ibrahim, Musa, dan Isa ‘alaihim as salam”, maka pendeta Buhaira itu menangis dan berkata : “wahai Muhammad, engkau akan terusir dari kampung halamanmu dan engkau akan hijrah ke tempat lain, seandainya aku diberi kesempatan untuk hijrah bersamamu maka aku akan ikut bersamamu dan aku akan menjadi pihak yang menolong dan mendukungmu wahai Muhammad, seandainya waktu itu terjadi saat aku masih hidup, maka sembunyikan dia wahai Khadijah dan jangan banyak bergaul dengan banyak orang”. Pendeta Buhaira sudah mengetahui cirri-ciri nabi akhir zaman, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan sayyidah Khadijah Ra kembali ke rumahnya dan dua hari setelah itu wafatlah pendeta Buhaira, maka tidak ada yang bisa dijadikan saksi atas peristiwa itu karena pendeta Buhaira sangat dipercaya oleh kuffar quraiys. Lalu beberapa waktu kemudian sebagaimana riwayat Fathul Baari bisyarh Shahih Al Bukhari, rasulullah melihat malaikat Jibril AS berdiri di antara langit dan bumi dan berkata : “aku Jibril dan engkau Muhammad, aku Jibril dan engkau Muhammad, aku Jibril dan engkau Muhammad“. Al Imam Qadhi ‘Iyadh hujjatul islam wabarakatul anam menjelaskan bahwa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam saat turunnya wahyu yang pertama kalinya, maka rasulullah dipeluk oleh malaikat Jibril sedemikian kerasnya karena begitu rindunya Jibril kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, karena telah milyaran tahun malaikat Jibril menunggu-nunggu waktu untuk berjumpa dengan makhluk yang paling dicintai Allah, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dimana malaikat Jibril telah diperintah untuk membantu kelahirannya, membelah dadanya dan yang lainnya, kemudian tibalah saatnya tugas yang teragung yaitu menjadi teman manusia yang paling dicintai Allah subhanahu wata’ala dalam penyampaian wahyu, maka karena kerinduan yang dahsyat disaat peristiwa diturunkannya wahyu yang pertama kali malaikat Jibril memeluk rasulullah hingga 3 kali. Maka setelah Rasulullah melihat malaikat jibril berdiri di antara langit dan bumi dan berkata : “aku Jibril dan engkau Muhammad”, maka Rasulullah risau dan masuk ke rumahnya dan berkata : “tutupi tubuhku”, maka turunlah wahyu Allah yang kedua yaitu :
يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ ، قُمْ فَأَنْذِرْ ، وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ ، وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ ، وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ
( المدثر : 1-5 )
“Hai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Rabbmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah”. ( QS. Al Mudatssir : 1 – 5 )
Allah berfirman : “Wahai yang berselimut”, saat itu nabi sedang berselimut karena risau, “Bangunlah dan beri peringatan”, kepada hamba-hamba Allah di muka bumi, “dan agungkanlah Tuhan-Mu”, sebarkan kemuliaan nama Tuhan-Mu, “dan pakaianmu bersihkanlah”, ayat ini terdapat dua arti secara bahasa dan secara ma’nawi, secara bahasa Al Imam Ibn Hajar mengatakan maksudnya adalah agar pakaian nabi tidak menjulur ke tanah sehingga bisa terkena najis sebagaimana pakaian kuffar quraisy, adapun secara ma’nawi adalah bahwa rasulullah lebih mensucikan diri lagi, lebih banyak beribadah lagi sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ
( الأعراف : 26 )
“ Dan pakaian taqwa itulah yang baik.” ( QS. Al A’raf : 26 )
Maka mulailah perintah Allah subhanahu wata’ala kepada nabi untuk berdakwah, di saat yang paling sulit, di saat orang-orang dalam kejahatan dan asyik dengan kejahatannya, di saat seperti itu justru diperintah harus meninggalkan segala kejahatannya, seperti menyembah berhala, mungkin hal ini masih mudah untuk ditinggalkan karena hal ini bukan termasuk hiburan dan mereka pun tidak semuanya menyembah berhala, namun kejahatan lain seperti minuman keras, zina, berjudi, yang bersifat hiburan jika diperintah untuk ditinggalakan maka hal itu berat. Maka rasulullah mulai berdakwah dan mengajak manusia kepada Islam, adapun yang pertama kali masuk Islam adalah sayyidah Khadijah binti Khuwailid, inilah diantara keutamaan wanita karena wanitalah yang pertama kali masuk Islam, dan setelah itu adalah sayyidina Ali bin Abi Thalib kw, kemudian sayyidina Abu Bakr As Shiddiq RA. Para imam mengelompokkannya menjadi 3 bagian, yaitu dari kaum wanita yang pertama kali masuk Islam adalah sayyidah Khadijah RA, dari golongan orang dewasa yang pertama kali masuk Islam adalah sayyidina Abu Bakr As Shiddiq, dan dari kalangan pemuda yang pertama kali masuk Islam adalah sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw. Ketiga orang inilah yang pertama kali mengenal Islam, kemudian semakin hari bertambah banyak yang masuk Islam dan mulai semakin banyak desakan dan banyak diperangi .
Betapa beratnya perjuangan dalam hari-hari sayyidina Muhammad di saat itu, beliau adalah orang yang paling berlemah lembut dan tidak mau menyakiti perasaan orang lain, sampai-sampai karena tidak ingin terjadi permusuhan dengan kaum musyrikin kuffar quraisy ketika rasulullah diminta oleh kuffar quraisy untuk sama-sama menyembah Tuhan mereka, dan mereka akan menyembah Allah, maka nabi ingin menerima tawaran itu namun nabi tidak akan menyembah Tuhan mereka dan tetap hanya menyembah Allah, tetapi sekedar hadir dan duduk bersama mereka, namun Allah subhanahu wata’la menolak hal itu dengn firman-Nya:
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ ، لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ ، وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ، وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ ، وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ، لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
( الكافرون : 1 – 6 )
“Katakanlah: "Hai orang-orang kafir!" , aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Ilah yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Ilah yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku ( QS. Al Kaafiruun : 1-6 )
Ayat ini bukan berarti membuka permusuhan, namun sebagai pemisah agar nabi Muhammad tidak sampai ikut dalam peribadatan orang kuffar quraisy. Desakan-desakan seperti itu telah terjadi pada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan semakin hari bertambah semakin berat, karena satu-satunya pengikut nabi di saat itu yang mempunyai kekuatan hanya sayyidina Abu Bakr As Shiddiq RA dan selainnya adalah kaum dhu’afa dari kalangan para budak dan bekas para budak, tidak ada para pembesar yang mengikuti agama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, hingga hampir sepuluh tahun barulah sayyidina Hamzah bin Abdul Muthallib pembesar quraisy, paman Rasulullah mulai masuk Islam, kemudian sayyidina Umar bin Khattab RA dan para pembesar quraiys lainnya mulai masuk Islam, maka janji pendeta Buhaira terjadi, setelah perjumpaannya dengan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, 13 tahun kemudian diusirlah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dari Makkah, sebenarnya nabi Muhammad mau bertahan di Makkah namun beliau tidak tega melihat para sahabatnya terus dibantai dan dikecam, maka sebagian diantara mereka berangkat ke Habsyah dan diantara mereka ketika sampai di tengah-tengah perjalanan dibunuh. Mereka yang hijrah ke Madinah pun demikian, jika dia menjadi seorang istri maka dibantai oleh suaminya, jika dia adalah seorang anak maka ia disiksa oleh orang tuanya, jika dia adalah seorang pedadang maka semua orang memutuskan hubungan perdagangan dengannya, jika dia adalah anak buah maka dia akan dipecat oleh majikannya, demikian terus kesulitan menimpa orang-orang Islam di saat itu, di awal perjuangan Sang nabi, demikianlah kemuliaan kaum muhajirin Ra. Sayyidina Abu Bakr As Shiddiq sangat mencintai rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, namun karena kecintaannya yang sangat dalam itu justru membuat kuffar quraisy cemburu, dan yang lain tidak dicemburui karena tidak mempunyai harta, sedangkan Abu Bakr As Shidddiq seorang yang kaya raya dan mencintai Rasulullah maka cemburulah para kuffar quraisy, terlebih lagi ketika rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam akan dipukuli maka sayyidina Abu Bakr berteriak dan berkata :
أَتَقْتُلُوْنَ رَجُلاً أَنْ يَقُوْلَ رَبِّيَ اللهُ‏
“ Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan: "Tuhanku adalah Allah”.
Maka mereka berpaling kepada Abu Bakr As Shiddiq dan memukuli Abu Bakr As Shiddiq, maka Abu Bakr pun dibela oleh para pengikutnya dan keluarganya yang para bangsawan, namun keadaannya sudah tidak bisa dibedakan lagi antara mata, hidung, dan bibirnya karena bekas pukulan kaum kuffar quraisy, maka beliau di bawa ke rumahnya, maka para kerabat dan keluarganya berkata : “ jika Abu Bakr meninggal dunia maka siapa saja yang memukuli Abu Bakr harus pula dibunuh juga”, namun setelah beliau sadar pertama kali yang terucap dari lisan beliau adalah : “bagaimana keadaan rasulullah ?” maka para bangsawan yang belum masuk Islam yang ada disekitarnya pun marah mendengar ucapan Abu Bakr, dan berkata : “ kami yang menyelamatkan dan membelamu, namun ketika engkau sadar orang yang pertama kali engkau tanyakan adalah Muhammad, padahal dialah yang menjadi penyebab sehingga engkau dipukuli”. Maka Abu Bakr meminta kedua anaknya untuk membantu dan membawa beliau ke rumah rasulullah, maka Rasulullah keluar dari rumahnya dan menemui sayyidina Abu Bakr kemudian mereka pun saling berpelukan dan menangis, maka tidak lama kemudian sayyidina Abu Bakr memutuskan untuk hijrah meninggalkan Rasulullah ke Habsyah dengan membawa kaum dhu’afa untuk hijrah bersamanya, maka dengan berat hati rasulullah pun mengizinkannya. Dan setelah sampai di batas Madinah sayyidina Abu Bakr bertemu dengan teman-temannya yang belum masuk Islam dan berkata : “wahai Abu Bakr, apakah engkau akan berangkat untuk berdagang?”, Abu Bakr menjawab : “tidak, namun kami akan pergi hijrah”, orang itu berkata : “Hijrah kemana wahai Abu Bakr, dan mengapa kau akan hijrah?”, Abu Bakr menjawab : “Hijrah ke Habsyah karena jika aku disana orang quraisy akan menyiksa sahabatku Muhammad, karena mereka cemburu terhadap aku”, maka orang itu berkata : “kembalilah, aku yang yang akan bicara pada pembesar-pembesar quraisy”, maka orang itu bertemu dengan pembesar quraisy dan berkata : “mengapa kalian mau mengusir orang yang sangat baik dan dermawan, suka membantu orang lain”, seakan-akan mereka mengatakan dia adalah aset besar bagi Makkah. Maka sayyidina Abu Bakr As Shiddiq dibuatkan tempat ibadah khusus untuknya dan beliau beribadah disana, shalat dan selalu membaca Al qur’an disana, dimana ketika beliau membaca Al qur’an air mata tidak pernah bisa tertahan. Maka anak-anak, pemuda, dan kaum wanita menyukai dan mendengar bacaan sayyidina Abu Bakr As Shiddiq, maka kuffar quraisy marah dan menghancurkan tempat peribadatannya itu. Dan tidak lama kemudian rasulullah telah mendapatkan izin dari Allah untuk hijrah ke Yatsrib tepatnya di bulan Muharram, maka para sahabat mulai berangkat hijrah, namun sayyidina Abu Bakr belum diizinkan untuk hijrah dan rasulullah masih terus menahannya untuk tidak berangkat hijrah, hingga tiba waktunya dimana Rasulullah datang kepada Abu Bakr, dan Abu Bakr berkata : “adakah izin untuk hijrah wahai rasulullah?”, maka Rasulullah menjawab : “iya telah ada izin untuk hijrah”, Abu Bakr berkata: “bolehkah aku menemanimu wahai Rasulullah?”, Rasulullah menjawab : “Hijrahlah bersamaku wahai Abu Bakr”, maka Abu Bakr As Shiddiq menangis terharu karena akan hijrah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Demikianlah sekilas dari rahasia kemuliaan turunnya Al qur’an Al Karim, hari-hari yang sulit dilewati oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam 14 abad yang silam, namun perjuangan-perjuangan menuju tegaknya tauhid hingga malam hari ini belum selesai di sebagian tempat, kita yang di Jakarta merasa aman dan tenang melakukan ibadah, shalat dan lainnya, namun di sebagian wilayah di luar Indonesia masih ada jika seseorang mengenakan peci putih atau mengenakan pakaian yang islam ia dikejar-kejar dan dianggap sebagai teroris, semoga Allah subhanahu wata’ala memakmurkan muslimin, amin. Kemarin ketika saya kunjungan ke Denpasar dan Banyuwangi, subhanallah sambutan mereka luar biasa, Alhamdulillah Islam di Denpasar semakin berkembang, dan aparat keamanan sama-sama bersatu untuk mendukung majelis rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Denpasar dan 9 kabupaten lainnya, mereka mendukung dakwah ini karena dakwah ini damai dan tidak membuat perpecahan antar ummat beragama, bahkan sangat diterima oleh orang-orang hindu karena dakwah kita secara lembut dan indah dan sebagian dari mereka ada juga yang hadir di majelis. Acara dimulai setelah Isya’ dan selesai jam 22.45 WIT, lebih cepat 1 jam dari daerah Jakarta. Setelah acara selesai langsung menuju ke Banyuwangi, dikarenakan penerbangan lambat maka baru tiba di Banyuwangi jam 03.00 dini hari, kemudian paginya langsung acara Haul Al Imam Fakhrul wujud dan pembacaan maulid Ad Dhiyaa’ Al Laami’ yang pertama kali dan sekalian mengijazahkan maulid Ad Dhiyaa’ al Laami’ disana . Setelah selesai majelis di Banyuwangi langsung menuju Denpasar dan penerbangan ke Jakarta jam 17.30 WIT. Saya tidak berpanjang lebar, satu hal yang perlu saya sampaikan koreksi atas tausiah malam Selasa lalu, bahwa doa :
رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا
( مريم : 4 ) 
“ Ya Rabbku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalalu telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdo'a kepada Engkau .” ( QS. Maryam : 4 )
Itu adalah doa nabi Zakaria. Selanjutnya kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala semoga kita diberikan keberkahan, keluhuran, pengampunan, kesehatan, kebahagian dan kesuksesan. Hanya Allah Yang Maha Mampu mengubah segala keadaan, kita tetap berusaha namun sungguh usaha kita akan lebih dimudahkan jika dibantu dengan kekuatan Allah subhanahu wata’ala. Jika seekor semut akan menempuh jarak yang jauh dan dengan kita meniupnya saja maka ia akan sampai dalam hitungan detik, terlebih lagi kekuatan Allah subhanahu wata’ala, jika DIA ingin menyampaikan kita kepada hajat kita, semoga Allah subhanahu wata’ala mempercepat pengabulan hajat-hajat kita, amin allahumma amin..

Jumat, 18 Februari 2011

Mimpi Berjumpa Rasulullah SAW



قال رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
سَمُّوا بِاسْمِي، وَلَا تَكْتَنُوا بِكُنْيَتِي، وَمَنْ رَآنِي فِي الْمَنَامِ، فَقَدْ رَآنِي، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَتَمَثَّلُ فِي صُورَتِي، وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
(صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah saw : “Berilah nama-nama kalian dengan namaku, dan jangan memakai gelar seperti gelarku, dan barangsiapa bermimpikan aku dalam tidurnya sungguh ia telah melihat aku, maka sungguh syaitan tidak mampu menyerupai diriku, dan barangsiapa yg berdusta atasku dengan sengaja, maka hendaknya ia bersiap akan tempatnya di neraka” (Shahih Bukhari)
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ الْجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ هَدَاناَ بِعَبْدِهِ الْمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ ناَدَانَا لَبَّيْكَ ياَ مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلّمَّ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِيْ جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَالْحَمْدُلله الَّذِي جَمَعَنَا فِيْ هَذِهِ الْمُنَاسَبَةِ الْمُبَارَكَةِ...
Limpahan puji kehadirat Allah Yang Maha Luhur, Yang Maha melimpahkan kebahagiaan sepanjang waktu dan zaman, sebelum zaman dicipta hingga zaman dicipta dan kemudian sirna, setiap generasi terlahir dan wafat kesemuanya di dalam pengaturan Sang Maha Tunggal dan Maha Abadi, samudera segenap ketentuan dan segala kejadian yang lalu dan yang akan datang berada dalam samudera kelembutan-Nya, di dalam samudera kasih sayang-Nya. Sungguh Allah subhanahu wata'ala sangat Maha Pengasih dan Maha Penyayang, seandainya Dia tidak berkasih sayang dan mau menghukum hamba-Nya sebab kesalahan-kesalahan mereka, sebagaimana firman-Nya:
وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِظُلْمِهِمْ مَا تَرَكَ عَلَيْهَا مِنْ دَابَّةٍ وَلَكِنْ يُؤَخِّرُهُمْ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ ( النحل : 61 )
" Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya" ( QS. An Nahl: 61)
Maka jika Allah mau menghukum manusia karena kesalahan yang mereka lakukan, maka mereka tiadalah akan tersisa lagi di muka bumi ini, namun Allah menunda setiap nafas, setiap detik, dan hari demi hari (agar kita bertobat) hingga waktu yang telah Allah tentukan, yaitu sakaratul maut. Allah bersabar menanti kita, Allah bersabar untuk menunda siksa-Nya, dan tidak mau menghukum kita, Allah siap melimpahkan kemuliaan hingga sepuluh kali lebih besar dari kebaikan yang kita perbuat, bahkan hingga 70 kali lipat. Allah subhanahu wata'ala menuliskan satu perbuatan dosa hanya dengan balasan satu dosa, namun perbuatan baik Allah akan melipatgandakan balasannya dengan 10 kali pahala hingga 700 kali lebih besar, demikian dalam riwayat Shahih Al Bukhari, bahkan dalam riwayat Shahih Muslim bahwa setiap kebaikan akan dilipatgandakan balasannya 10 kali lebih besar hingga 700 kali dan lebih dengan kehendak Allah, berarti cinta kita kepada Allah dibanding dengan cinta Allah kepada kita 10 kali lebih besar cinta Allah kepada kita, bahkan 700 kali lebih besar dari cinta kita kepada Allah. Sekali kita beribadah dan berbakti kepada Allah maka sepuluh kali Allah subhanahu wata'ala berbakti kepada kita, maksudnya Allah berbakti kepada kita adalah mengganjar dan membalas dengan kebaikan, menyambut dengan kehangatan, sebagaimana yang dijelaskan di dalam kitab Taujih An Nabiih Limardhaati Baariih karangan guru mulia kita Al Musnid Al Allamah Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz, Allah subhanahu wata'ala berfirman dalam hadits qudsi:
ياَدَاوُد لَوْ يَعْلَمُ الْمُدْبِرُوْنَ عَنِّيْ شَوْقِي لِعَوْدَتِهِمْ ، وَمَحَبَّتِيْ فِيْ تَوْبَتِهِمْ ، وَرَغْبَتِيْ فِي إِناَبَتِهِمْ لَطاَرُوْا شَوْقًا إِلَيَّ ، يَادَاوُد هَذِهِ رَغْبَتِيْ فِى الْمُدْبِرِيْنَ عَنِّي ، فَكَيْفَ تَكُوْنُ مَحَبَّتِيْ فِى الْمُقْبِلِيْنَ عَلَيَّ...؟
“Wahai Daud : Seandainya orang-orang yg berpaling dari-Ku mengetahui kerinduan-Ku atas kembalinya mereka, dan cinta-Ku akan taubatnya mereka, dan besarnya sambutanku atas kembalinya mereka pada keridhoan Ku, niscaya mereka akan terbang karena rindunya mereka kepada-Ku. Wahai Daud, demikianlah cinta-Ku kepada orang-orang yg berpaling dari Ku (jika mereka ingin kembali), maka bagaimanakah cinta-Ku kepada orang-orang yg datang (mencintai dan menjawab cinta Allah ) kepada-Ku?”
Apabila mereka yang terus berdosa dan berbuat salah memahami betapa rindunya Allah kepada mereka apabila mereka mau kembali kepada kasih sayang dan keridhaan Allah, mau kembali kepada jalan keluhuran dan meninggalkan kehinaan untuk mendekat kepada Allah, jika mereka mengetahui betapa besarnya rindu Allah kepada mereka, betapa besarnya cinta Allah kepada taubat mereka dan betapa hangatnya sambutan Allah untuk mereka yang mau kembali kepada-Nya, jika mereka mengetahui hal itu sungguh mereka akan wafat di saat itu juga untuk menuju kepada Allah karena tidak mampu menahan rindu kepada Allah, karena Allah telah merindukannya, karena Allah telah mencintainya, maka mereka akan meninggalkan segenap dosa dan tenggelam dalam taubat dan kerinduan kepada Allah. Kita tidak mengetahuinya, namun paling tidak ada sedikit kefahaman di dalam jiwa dan sanubari bahwa ada Sang Maha Abadi Yang menanti kita dengan kebahagiaan yang kekal, Yang menyiapkan cinta, rindu dan sambutan hangat-Nya untuk mereka yang mau membenahi dirinya, maka berusahalah dan Allah tidak memaksa lebih dari kemampuan kita.
Para pembaca yang budiman
Terdapat sebuah hadits :
سَمُّوا بِاسْمِى وَلاَ تَكْتَنُوْا بِكُنْيَتِي
" Berilah nama dengan namaku dan janganlah memakai kun-yahku "
Maksudnya dengan nama beliau nabi "Muhammad" shallallahu 'alaihi wasallam, oleh sebab itu jika saya dimintai untuk memberikan nama maka pasti saya beri nama "Muhammad…..", dan ada kelanjutannya, saya tidak pernah memberi nama dengan nama yang lain, walaupun nama nabi banyak namun sungguh nama yang terbaik adalah "Muhammad" shallallahu 'alaihi wasallam, sehingga banggalah kelak mereka yang ketika dipanggil kehadapan Allah membawa nama nabi "Muhammad". Namun perintah memberikan nama dengan nama nabi bukanlah perintah wajib melainkan sunnah menggunakan nama nabi "Muhammad", dan Rasulullah melarang untuk memakai gelar beliau. Para Ulama berbeda pendapat dalam hal kun-yah (gelar) ini, sebagian mengatakan "Abu Al Qasim" dan larangan itu hanya ketika di masa hidupnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Adapun gelar beliau yang tidak boleh digunakan hingga akhir zaman adalah gelar "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam", karena gelar ini hanya untuk nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan para rasul, maka tidak boleh kita gunakan, namun gelar "Abu Al Qasim" atau yang lainnya boleh digunakan tetapi setelah wafatnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, mengapa? karena pernah terjadi dimana seseorang di zaman Rasulullah memberi nama anaknya Qasim, maka si ayah dipanggil dengan sebutan "Abu Al Qasim" dan Rasulullah pun menoleh maka ketika itu Rasulullah melarang menggunakan gelar itu di masa hidup nabi shallallahu 'alaihi wasallam, namun di zaman sekarang tidak ada larangan. Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
‏مَنْ رَآنِيْ فِي الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِي فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَتَمَثَّلُ بِيْ 
“Barangsiapa melihatku di waktu tidur maka dia benar benar telah melihatku, karena syeitan tidak dapat menyerupaiku”
Sungguh syaitan tidak akan bisa menyerupai bentuk Rasulullah, betapa indahnya wajah yang tidak mampu diserupai oleh syaitan, nabi kita sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Syaitan mampu berpura-pura menjadi guru, menjadi murid dan yang lainnya namun syaitan tidak bisa menyerupai wajah sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Banyak pertanyaan yang muncul kepada saya tentang hal ini, "Habib, saya bermimpi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tetapi wajahnya berupa wajah habib fulan atau kiyai fulan, apakah itu mimpi Rasulullah?", iya itu adalah mimpi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, selama orang yang kita lihat itu adalah wajah orang yang shalih. Namun dijelaskan oleh beberapa habaib kita di Tarim Hadramaut, bahwa tidak ada seseorang dari kaum shalihin yang diserupai wajahnya oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kecuali dia adalah wali Allah subhanahu wata'ala (orang yang dicintai Allah). "Habib, ada yang mimpi Rasulullah tetapi wajahnya kok gelap dan tidak bagus bentuknya, pincang atau cacat?!", apakah itu juga mimpi Rasulullah?, hal itu adalah cermin dari diri kurang baiknya hati kita, karena hati kita adalah cermin, jika sebuah cermin terdapat banyak noda maka hasil dari cermin itu juga banyak noda, jadi apabila kita bermimpi Rasulullah dalam keadaan cacat maka yang cacat adalah hati kita, bukan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dan hal itu merupakan teguran dari Allah subhanahu wata'ala untuk mengingatkan kita. Diriwayatkan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani Ar di dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa orang yang bermimpi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam akan melihat wajah asli beliau, namun hal ini tergantung derajat orang tersebut, para kekasih Allah dan para shalihin, mereka akan melihat wajah asli rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di dalam mimpinya. Diriwayatkan pula oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani bahwa salah satu istri Rasulullah menyimpan sebuah cermin yang pernah ia gunakan, kemudian dipinjam oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan beliau bercermin dengan cermin itu, setelah cermin itu dipakai oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam maka cermin itu menampakkan wajah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam begitu jelas, cermin itu tidak mau lagi memunculkan atau mencerminkan wajah yang lain setelah digunakan bercermin oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dan jika istri Rasulullah ini rindu dengan Rasulullah setelah beliau wafat, maka ia melihat cermin itu dan ia lihatlah wajah sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, karena cermin itu tidak mau lagi menampakkan wajah yang lain. Maka para tabi'in yang ingin melihat wajah Rasulullah mereka datang kepada istri Rasulullah dan melihat cermin itu sehingga mereka melihat wajah sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Subhanallah, sebuah cermin pun tidak bisa lagi menjadi sebagai cermin setelah melihat wajah nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Dijelaskan di dalam buku "Muhammad Insan Al Kamil" oleh Al allamah Al Musnid Al Habib Muhammad bin 'Alawy Al Maliki tentang perbedaan wajah nabiyullah Yusuf As dengan wajah nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Sebagaimana dahulu di masa nabi Yusuf para wanita memotong jari-jarinya karena indahnya wajah nabi Yusuf As, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah:
فَلَمَّا رَأَيْنَهُ أَكْبَرْنَهُ وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ وَقُلْنَ حَاشَ لِلَّهِ مَا هَذَا بَشَرًا إِنْ هَذَا إِلَّا مَلَكٌ كَرِيمٌ ( يوسف: 31 )
"Ketika perempuan-perempuan itu melihatnya , mereka terpesona kepada (keelokan rupanya) dan mereka (tanpa sadar) melukai tangannya sendiri, seraya berkata: "Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia, sungguh ini adalah malaikat yang sempurna" (QS. Yusuf : 31 )
Maka berkatalah As Syaikh Muhammad bin 'Alawy Al Maliki Ar menukil salah satu riwayat sahabat bahwa Allah tidak menampakkan keindahan wajah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam secara keseluruhan di muka bumi, hanya 1 keindahan dari 10 bagian yang diperlihatkan, jika seandainya yang 9 bagian itu ditampakkan juga maka orang-orang akan mengiris hatinya tanpa terasa karena indahnya wajah sayyidina Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, dan itu kelak akan diperlihatkan di telaga Haudh. Semoga aku dan kalian memandang wajah yang indah itu, amin.
Diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bahwa sayyidina Anas bin Malik Ra berkata:
مَا نَظَرْناَ مَنْظَرًا كاَنَ أَعْجَبَ إِلَيْنَا مِنْ وَجْهِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
"Kami belum pernah melihat pemandangan yang lebih menakjubkan dari wajah nabi shallallahu 'alaihi wasallam"
Dan beliau shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang banyak sekali dan sangat mudah dan suka mendoakan orang lain, dan beliau adalah makhluk yang paling indah, sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bahwa salah seorang sahabat Ra berkata: "aku belum pernah mendengar suara yang lebih indah dari suara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, hingga suara beliau membuat hati luluh dan ingin mendekat kepada Allah subhanahu wata'ala". Dan Allah berfirman dalam Al qur'an menyifati indahnya bacaan sang nabi :
قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآَنًا عَجَبًا ، يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَآَمَنَّا بِهِ وَلَنْ نُشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا ( الجن : 1-2 )
"Katakanlah (hai Muhammad): "Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya: sekumpulan jin telah mendengarkan (Al-Qur'an), lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Qur'an yang menakjubkan, (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorangpun dengan Rabb kami" ( QS. Al Jin: 1-2)
Dan Allah berfirman:
وَأَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ يَدْعُوهُ كَادُوا يَكُونُونَ عَلَيْهِ لِبَدًا ( الجن : 19 )
"Dan ketika hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah), hampir saja jin-jin itu desak-mendesak mengerumuninya" ( QS. Al Jin: 19 )
Dijelaskan di dalam Shahih Muslim, ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdiri dan membaca al qur'an dan di saat itu iblis melihat pintu-pintu langit ditutup dan tidak bisa lagi ditembus oleh iblis dan syaitan, maka di saat itu iblis berkata : "apa yang telah terjadi di barat dan timur sehingga kita tidak bisa lagi menembus langit?!", maka ketika mereka mencari di penjuru barat dan timur, mereka pun menemukan cahaya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang sedang berdoa dan membaca al quran al karim, dan cahaya itu membuat para jin berdesakan untuk mendengarkan bacaan itu kemudian mereka beriman. Dan dijelaskan di dalam Kitab-kitab Tafsir, tafsir Ibn Katsir dan lainnya bahwa di saat itu ada beberapa raja jin yang diperintahkan oleh iblis untuk melihat apa yang terjadi, justru mereka beriman kepada nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Para jin itu pun berdesakan ingin mendengarkan suara indah yang keluar dari jiwa yang suci dan khusyu' yang merindukan Allah subhanahu wata'ala, jiwa yang dipenuhi dengan getaran iman. Oleh sebab itu, ketika salah seorang sahabat Ra (dalam riawayat yang tsiqah) melihat aurat seorang wanita dengan sengaja, maka ia merasa telah berbuat dosa yang sangat besar dan ia pun menyendiri ke atas gunung dan tidak mau lagi melihat wajah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam karena dia merasa tidaklah pantas matanya melihat wajah beliau karena mata itu telah berbuat zina. Dan setelah beberapa hari Rasulullah menanyakan orang itu karena beberapa hari Rasulullah tidak melihatnya, maka sayyidina Abu Bakr As Shiddiq Ra mendatanginya ke gunung dan berkata kepada orang itu: "engkau dipanggil oleh Rasulullah", orang itu menjawab: "aku tidak mau melihat wajah Rasulullah, mataku tidak lagi pantas memandang beliau karena telah berbuat dosa", maka sayyidina Abu Bakr berkata: "ini adalah perintah Rasulullah", maka ia pun datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan ketika itu Rasulullah sedang melakukan shalat maghrib, dan ketika ia mendengar bacaan Rasulullah dari kejauhan, ia pun terjatuh dan roboh karena tidak mampu mendengarkan lantunan suara indah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka ia diberdirikan oleh sayyidina Abu Bakr As Shiddiq dan dibimbing untuk terus masuk ke shaf shalat dan setelah selesai shalat, ketika orang-orang mulai berdiri dan keluar dari shaf shalat, ia hanya tertunduk saja, maka Rasulullah memanggilnya dan berkata :"kemarilah mendekat kepadaku", ia mendekat hingga lututnya bersatu dengan lutut nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam namun ia tetap menundukkan kepalanya dan berkata: "wahai Rasulullah, aku tidak mau lagi melihat wajahmu karena mataku sudah banyak berbuat dosa", maka Rasulullah berkata :"mohonlah ampunan kepada Allah", maka ia berkata: "aku meyakini bahwa Allah Maha Pengampun, namun mata yang sudah banyak berbuat dosa ini tidak lagi pantas melihat wajahmu wahai Rasulullah", ia masih terus menundukkkan kepalanya maka rsaulullah berkata : "angkatlah kepalamu!!", maka ia pun mengangkat kepalanya perlahan lahan dan beradu pandang denga Rasulullah, lalu ia kembali menundukkan kepalanya dan menangis di pangkuan Rasulullah kemudian wafat dipangkuan beliau shallallahu 'alaihi wasallam. Maka para sahabat pun kaget dan iri dengan orang itu karena walaupun mereka berjihad siang dan malam namun mereka tidak sempat mendapatkan kesempatan untuk wafat dipangkuan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan ketika itu air mata Rasulullah mengalir dan jatuh di atas wajah orang itu. Hadirin hadirat, sungguh mata kita penuh dengan dosa dan kesalahan, namun Sang Maha Pengampun tidak berhenti mengampuni, sebagaimana hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bahwa ada 7 golongan yang mendapatkan naungan Allah dimana ketika itu tidak ada naungan kecuali naungan Allah, diatara 7 kelompok itu adalah :
رَجُلٌ ذَكَرَ اللهُ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
" Seseorang yang ketika berdzikir (mengingat Allah) maka mengalirlah air matanya"
Maka orang itu akan mendapatkan naungan Allah kelak di hari kiamat. Dan saat di surga kelak masih ada orang-orang yang belum melihat keindahan dzat Allah subhanahu wata'ala, mereka adalah orang-orang yang ketika di dunia mata mereka banyak berbuat dosa, dan malaikat tidak mau membuka tabir yang menghalangi dzat Allah dengan mereka, maka Allah berkata kepada malaikat: "mengapa kalian masih menutupkan tabir untuk mereka, mereka adalah penduduk surga yang telah kuampuni dosa-dosa mereka", maka malaikat berkata: "wahai Allah, dahulu ketika mereka di dunia mata mereka banyak melakukan dosa, maka mereka tidak pantas memandang keindahan dzat-Mu", maka Allah subhanahu wata'ala berfirman: "angkatlah tabir yang menghalangi-Ku dengan mereka, karena dahulu mata mereka pernah mengalirkan air mata rindu ingin berjumpa dengan-Ku"…
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا ...
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ... مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ
Semoga Allah subhanahu wata'ala memulikanku dan kalian dengan keluhuran, dan membimbing hari-hari kita dengan seindah-indahnya, amin.